Pengolahanemas menggunakan teknik amalgamasi. Pertama-tama gelundung (mesin penghancur batu mengandung emas) dibuka tutupnya. Masukkan air, batuan kerikil, dan merkuri. Di dalam gelundung terdapat 3-5 batang besi untuk menghidupkan gelundung. Proses untuk menghancurkan batuan tersebut berlagsung selama 4-5 jam.
JAKARTA - Petambang emas skala kecil baik yang resmi maupun ilegal masih menjadi penyumbang terbesar terhadap limbah bahan berbahaya dan beracun B3 berupa Prabowo, Penasehat Senior Unit Manajemen Lingkungan Hidup United Nations Development Program UNDP menyampaikan menurut data di Indonesia limbah B3 berupa merkuri yang dihasilkan dan terlepas ke lingkungan dari industri skala kecil sebanyak 340 ton m3 per tahun.“Sekitar 60% [dari 340 ton m3] berasal dari sektor petambang emas. Dari 60% itu 60% terlepas ke udara, 20% ke air dan selebihnya ke dalam tanah,” kata Agus di Jakarta, Selasa 26/3/2019.Agus juga mengatakan bahwa Indonesia disebut sebagai negara nomor tiga yang melepaskan merkuri tersebut ke lingkungan. Agus melihat ada tantangan besar untuk menyelesaikan masalah ini. Di mana pemerintah dan para stakeholder terkait harus mau merayu’ para penambang emas untuk berhenti menggunakan merkuri dalam proses produksi merkuri merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya baik bagi lingkungan maupun kesehatan dan kendala utama saat ini adalah fakta bahwa merkuri diperjual belikan secara umum. “Sekarang bagaimana caranya agar para petambang emas itu mau untuk menghilangkan mercury tetapi dengan pendekatan bisnis dan praktek yang sehat, kita harus mencari cara-cara yang elit, jadi sambil mereka [petambang emas] berubah [pola produksinya] dengan cara yang tetap menguntungkan mereka,” yang dikenal sebagai air raksa/quicksilver, adalah logam putih keperakan yang sangat beracun yang cair pada suhu ruangan dan mudah menguap. Menurut United Nations Environment Programme UNEP, begitu dilepaskan, merkuri dapat menjangkau jarak yang jauh dan bertahan di lingkungan serta bersirkulasi dengan udara, air, tanah dan organisme hidup. Paparan merkuri yang tinggi merupakan risiko serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Bunga Citra Arum Nursyifani Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam Minyakbumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal merupakan jenis-jenis bahan tambang yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu jenis bahan tambang yang cukup banyak dan tersebar ketersediaannya di Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu jenis bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. ArticlePDF AvailableAbstractPengolahan emas menggunakan merkuri di Poboya menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air asam tambang yang berasal dari limbah pengolahan emas. Metode yang digunakan yaitu dengan karakterisasi mineralogi dan geokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdeteksi adanya mineral sulfida pada setiap sampel yaitu rambergit FeMnS dan violarit FeNi2S4, serta mineral sulfida sekunder yaitu melanterit dan retgersit Kehadiran mineral sulfida pada sampel berpengaruh terhadap pembentukan air asam tambang. Hasil Pengujian terhadap semua sampel terdeteksi unsur- unsur yang banyak terkandung dalam air asam tambang seperti seperti besi Fe sebesar sampai dengan ambang batas 20?g/g, mangan Mn sebesar 202,66?g/g sampai 372,92?g/g dengan ambang batas 0,15?g/g, dan seng Zn sebesar 4,98?g/g sampai 75,04?g/g dengan ambang batas 0,06?g/g, semua unsur tersebut telah melebihi ambang batas menurut Badan Standarisasi Nasional SNI, 2004. Hasil penelitian menunjukkan limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201849 ANALISIS KARAKTERISTIK LIMBAH PENGOLAHAN EMAS DAN POTENSI PEMICU AIR ASAM TAMBANG PADA PERTAMBANGAN RAKYAT KELURAHAN POBOYA KAB. DONGGALA, PROV. SULAWESI TENGAH Abdullah Kilian1*, Sri Widodo2, Nurliah Jafar1 Teknik Pertambangan, Universitas Muslim Indonesia Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin Email abdullahkilian2 Pengolahan emas menggunakan merkuri di Poboya menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air asam tambang yang berasal dari limbah pengolahan emas. Metode yang digunakan yaitu dengan karakterisasi mineralogi dan geokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdeteksi adanya mineral sulfida pada setiap sampel yaitu rambergit FeMnS dan violarit FeNi2S4, serta mineral sulfida sekunder yaitu melanterit dan retgersit Kehadiran mineral sulfida pada sampel berpengaruh terhadap pembentukan air asam tambang. Hasil Pengujian terhadap semua sampel terdeteksi unsur-unsur yang banyak terkandung dalam air asam tambang seperti seperti besi Fe sebesar sampai dengan ambang batas 20µg/g, mangan Mn sebesar 202,66µg/g sampai 372,92µg/g dengan ambang batas 0,15µg/g, dan seng Zn sebesar 4,98µg/g sampai 75,04µg/g dengan ambang batas 0,06µg/g, semua unsur tersebut telah melebihi ambang batas menurut Badan Standarisasi Nasional SNI, 2004. Hasil penelitian menunjukkan limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. Kata kunci air asam tambang, emas, limbah, mineral sulfida. ABSTRACT The gold processing with mercury in Poboya causes waste that has the impact on the envimental problems in surrounding area. This study aimed to determine the potential of the mine acid drainage from gold processing waste. The method used is the characterization of mineralogy and geochemistry. The results showed that sulphide minerals were detected in each sample, sucha rembergite FeMnS, violarite FeNi2S4, and secondary sulphide minerals melanterite and retgersite The presence of sulphide minerals in the sample affected the formation acid mine drainage. The assay result of all samples showed the detection of the elements contained acid mine drainage such as iron Fe of to with a threshold of 20μg/g, manganese Mn of 202,66μg/g to 372,9μg/g with a threshold of 0,15μg/g, and zinc Zn of 4,98μg/g to 75,04μg/g with a threshold of all of these elements have exceeded the threshold according to the National Standardization Agency SNI, 2004. The results showed that the gold processing waste at the study site has the potential to generate the acid mine drainage. Keywords acid mine drainage, gold, tailing, sulphide mineral. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201850 PENDAHULUAN Saat ini kebutuhan logam dasar dan logam mulia di Indonesia semakin meningkat.. Pemanfaatannya yang semakin meningkat menuntut adanya eksploitasi akan sumberdaya mineral, khususnya logam mulia dan logam dasar Rosana dkk, 2011. Kelurahan Poboya merupakan salah satu lokasi penambangan emas tradisional yang beroperasi sejak tahun 2009 hingga sekarang. Merkuri digunakan untuk memisahkan emas dengan pasir, sehingga masyarakat Poboya dan sekitarnya berpotensi terkena dampak dari penggunaan merkuri. Badan Lingkungan Hidup Kota Palu, tahun 2011 jumlah penambang emas di tambang rakyat tersebut mencapai 5000 orang dan jumlah tromol berkisar unit, dimana setiap unit menggunakan merkuri 0,5 kilogram per hari dan 20% mercuri terserap oleh tanah dan berpotensi sebagai sumber pencemar baik udara, air dan tanah Albasar, 2015. Pengolahan emas menggunakan merkuri di Kelurahan Poboya Kabupaten Donggala Palu Provinsi Sulawesi Tengah menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar, salah satunya yaitu timbulnya air asam tambang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mineral sulfida yang dapat memicu pembentukan air asam tambang dan unsur maupun senyawa yang terdapat pada air asam tambang. METODOLOGI Alat dan Bahan Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis mineralogi dengan menggunakan alat XRD-7000 Shimadzu dan analisis geokimia menggunakan XRF EDX-720 Shimadzu di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian Universitas Hasanuddin dan alat AAS Atomic Absorption Spectrophotometer di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Kota Makassar. Sampel diambil dari wilayah pertambangan rakyat di Kelurahan Poboya Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan limbah hasil pengolahan emas menggunakan sistem amalgamasi yang telah disimpan pada tempat penampungan limbah yang berbeda. Tahap Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan survei lapangan meliputi pengumpulan data dan informasi di daerah penambangan dan pengolahan emas. Pengambilan data geokimia dilakukan dengan pengambilan sampel dari beberapa lokasi dengan menggunakan GPS untuk mengetahui koordinat lokasi sampling. Proses pengambilan sampel tailingmenggunakan sekop untuk memasukkan sampel ke dalam kantong Analisis Data Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui mineral secara kuantitatif maupun kualitatif dan unsur serta senyawa yang berpotensi menimbulkan air asam tambang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji XRD Pengujian XRD bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral sulfida yang terkandung di setiap sampel Setiabudi, 2012. Berikut ini hasil uji XRD pada sampel limbah pengolahan emas. Tabel 1. Kandungan mineral sampel menggunakan XRD. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201851 Gbr 1. Pola difraksi hasil uji XRD sampeln1. Gbr 2. Pola difraksi hasil uji XRD sampelk2. Hasil Uji XRF Pengujian XRF bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa oksida dan unsur-unsur kimia yang terkandung di setiap sampel. Berikut ini hasil uji XRF pada sampel limbah pengolahan emas. Tabel 2. Hasil kuantitatif senyawa oksida uji XRF. Hasil Uji AAS Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kimia dan kandungan logam berat yang memicu terbentuknya air asam tambang. Hasil pengujian ini kemudian langsung terbaca oleh komputer yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil pengujian unsur logam berat menggunakan AAS. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian menggunakan alat XRD, XRF dan AAS menunjukan adanya perbedaan karakteristik pada setiap sampel. Karakteristik tersebut diuji melalui analisis minerologi dan geokimia sebagai berikut. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201852 Analisis Mineralogi Sampel Pada hasil uji XRD, diterangkan bahwa semua sampel uji didominasi oleh mineral kuarsa SiO2, hal ini disebabkan karena mineral kuarsa sebagai mineral yang paling sering dijumpai sebagai penyusun kerak bumi. Mineral kuarsa yang terdeteksi pada sampel 1 hasil uji XRD memiliki peak dengan sudut 2θ 26,78° dan intensitas 1000,0Å. Pada sampel 1 juga terdeteksi mineral melanterit dengan sudut 2θ 18,11° dan intensitas 24,5Å dan rambergit dengan sudut 2θ 25,77° dan intensitas 62,2Å seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Berdasarkan karakteristik mineralogi sampel 1 terdapat mineral yang dominan yaitu kuarsa, pada hasil pengujian XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal trigonal, unit cella=4,9140Å dan c=5,4060Å, serta densitas 2,648gr/cm3. Kehadiran kuarsa yang melimpah membuktikan bahwa batuan dasar dari sampel 1 berasal dari tipe endapan epitermal Maulana, 2017. Pada sampel 1 juga terdeteksi mineral sulfida yaitu rambergit, pada hasil uji XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal heksagonal, unit cell a=3,8920Å dan c=6,4450Å, serta densitas 3,266gr/cm3. Pada sampel 1 juga terdapat mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida yaitu melanterit, pada hasil uji XRD melanterit memiliki sistem kristal monoklin dengan unit cell a=14,1000Å, b=6,5180Å dan c=10,8860Å, serta densitas 1,955gr/cm3. Mineral kuarsa yang terdeteksi pada sampel 2 hasil uji XRD memiliki peak dengan sudut 2θ 26,78° dan intensitas 1000,0Å. Pada sampel 2 juga terdeteksi mineral kalsit dengan sudut 2θ 29,64° dan intensitas 124,9Å, retgersit dengan sudut 2θ 20,95° dan intensitas 195,9Å, dan Violarit dengan sudut 2θ 31,44° dan intensitas 11,6Å seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 Berdasarkan karakteristik mineralogi sampel 2 pada gambar 2 yang merupakan limbah pengolahan yang relatif masih memperlihatkan kemiripan karakteristik dengan sampel 1, hal ini dapat terlihat dari keterdapatan kuarsa, mineral sulfida, dan mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida, namun jenis mineral sulfida yang terdeteksi berbeda dengan sampel 1. Kuarsa yang terdeteksi pada sampel 2 memiliki sistem kristal trigonal, unit cell a=4,9124Å dan c=5,4039Å, serta densitas 2,649gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdeteksi mineral sulfida yaitu violarit, pada hasil uji XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal isometrik dengan unit cell a=9,4621Å, serta densitas 4,735gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdapat mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida yaitu retgersit, pada hasil uji XRD mineral ini memiliki sistem kristal tetragonal dengan unit cella=6,7803Å dan c=18,2880Å, serta densitas 1,981gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdapat mineral karbonat yaitu kalsit. Pada hasil pengujian XRD menunjukan kalsit memiliki sistem kristal trigonal, unit cella=4,9910Å dan c=17,0680Å, serta densitas 2,708gr/cm3. Analisis Geokimia Sampel Berdasarkan hasil uji geokimia sampel limbah pengolahan emas, pada pengujian XRF terhadap sampel 1 menghasilkan 21 unsur yang terdeteksi, dan sampel 2 terdeteksi 19 unsur tabel 2. Berdasarkan jumlah elemen yang terdeteksi pada hasil uji XRF sebagian besar elemen utama terdeteksi juga oleh pengujian XRD. Geokimia sampel penelitian ini diketahui melalui analisis XRF dan AAS, sampel pada daerah penelitian berasal dari dua jenis limbah yang berbeda akan menghasilkan karakteristik geokimia yang juga berbeda. Pengujian XRF berguna untuk mengetahui unsur dan mineral yang teroksidasi pada sampel. Pada kedua sampel terdeteksi SiO₂. hal ini terjadi karena kuarsa merupakan mineral paling banyak ditemukan pada kerak bumi. Terdeteksinya Al₂O₃ yang juga melimpah. Dari semua sampel uji juga terdapat senyawa Fe₂O₃ yang merupakan mineral hasil sisa oksidasi. Al₂O₃ dan Fe₂O₃ merupakan dua senyawa yang dapat menghasilkan logam didalam air asam tambang Sayoga, 2014. Beberapa unsur yang terdeteksi seperti arsen, mangan, tembaga dan besi akan berpengaruh terhadap perolehan emas bila dilindi dengan sianida Li, et Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201853 al., 2010. Air asam tambang mengandung banyak unsur logam beracun berbahaya yang menyebar ke lingkungan sekitar dapat terjadi secara alami maupun sebagai akibat kegiatan pertambangan. Dispersi logam yang terjadi secara alami akan membentuk rona awal kandungan logam di daerah sekitar tubuh bijih yang tinggi, yaitu diatas rata-rata pada kerak bumi Wahyudi, et al., 2014. Kegiatan penambangan akan cenderung memicu proses pembentukan air asam tambang berlangsung menjadi lebih intensif. Pada semua sampel terdapat unsur Fe dan S yang apabila berikatan dapat membentuk mineral sulfida yang sangat reaktif membentuk asam seperti pirit. Air asam tambang mengandung banyak unsur logam beracun berbahaya yang menyebar ke lingkungan sekitar dapat terjadi secara alami maupun akibat kegiatan pertambangan. Kegiatan penambangan akan cenderung memicu proses pembentukan air asam tambang berlangsung menjadi lebih intensif. Pada tabel 4 dapat dilihat hasil pengujian geokimia dengan menggunakan metode AAS, semua sampel terdeteksi unsur logam berat yang sering ditemukan pada air asam tambang yang telah melewati batas berdasarkan nilai ambang batas logam berat pada sedimen atau tanah oleh Badan Standarisasi Nasional SNI tahun 2004. Tabel 4. Hasil pengujian logam berat yang pada umumnya terdapat pada air asam tambang. Nilai Ambang Batas ug/g KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian Universitas Hasanuddin, Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Makassar dan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Albasar, Daud Anwar dan Maria 2015. Pajanan Merkuri Hg Pada Masyarakat Di Kelurahan Poboya Kota Palsulawesi Tengah. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Li, Y. Jian, L. & Guan, W. 2010. Cyanidation Of Gold Clayore Containing Arsenic And Manganese. Issue, 2 17, 132-135. Maulana, A. 2017, Endapan Mineral. Yogyakarta Penerbit Ombak, Rosana, dkk. 2011. Mineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan Manau, Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 13 2, 235-247. Sayoga, R. 2014. Air Asam Penerbit ITB. Setiabudi, A. Hardian, R. dan Mudzakir, A. 2012. Karakterisasi Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian UPI Press. Wahyudi, T. Tahli, L. dan Autanto, A. 2014. Karakterisasi Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan Emas. Bandung Tekmira. ... Saat ini kebutuhan logam dasar dan logam mulia di Indonesia semakin meningkat. Pemanfaatannya yang semakin meningkat menuntut adanya eksploitasi akan sumberdaya mineral, khususnya logam mulia dan logam dasar Kilian, Abdullah, 2018. Usaha pertambangan, oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. ...The mining and processing of people's gold produces impacts on the surrounding environment. Some residents immediately dumped the waste gold processing results into the environment. It is necessary to analyze the actual condition of mercury pollution based on a map of the level of pollution vulnerability to determine the size of the level of difficulty and the ease of polluted substances to affect surface water quality. The purpose of this study is to analyze the actual condition of the level of vulnerability of surface water pollution around the study area. The method used in this study is a survey method and field mapping, sampling methods purposive sampling, laboratory analysis methods, mathematical methods, and descriptive evaluation methods. Calculation of the level of vulnerability of surface water is the PCSM Point Count System Model method with 3 parameters, namely land use, slope, and rainfall. Overlay is done between the level of pollution vulnerability map with the actual conditions of pollution in the field. The results showed the study area has a level of vulnerability to surface water pollution in the study area including the classification of quite vulnerable and very vulnerable. Based on the results of the study it can be concluded that the total score of 36-43 included in the vulnerability class is quite vulnerable. The total score of 43 - 50 is included in the very vulnerable vulnerability class. Actual mercury levels in the study area were known in a row AP1-AP6 samples were 0,00046 mg / L; < mg / L; < mg / L; < mg / L; 0,00039 mg / L and <0,00006 mg / L. These results indicate that surface water in the study area has not been contaminated with mercury because its value is brought to all quality ÂEdy NursantoAfroza PratiwiEddy WinarnoRiria Zendy MirahatiBased on petrographic data, XRD, and fluid inclusions, it was interpreted that the quartz veins associated with low sulfide in Karangsambung area underwent 2 stages of system change from mesothermal system to epithermal system. This means showing the mineral potential contained in material, including on the Luk Ulo River where alluvial deposits are present. Therefore, what needs to be done next is to determine the composition of the material of the alluvial material in the Luk Ulo River, Kebakalan Village using XRD, and AAS so that its potential is known. This research is limited to mineral potential in XRD and AAS Au, Ag, and Cu in 2 samples, A sand and B rock. XRD results on samples A and B showed that quartz SiO2 had the highest percentage 30-50% compared to other minerals. While the results of the AAS tests showed that the highest Au and Ag contents were in sample B and Cu in sample A with total of g/ton Au, g/ton Ag, and g/ton Cu. Meanwhile, the lowest total Au and Ag were in sample A and Cu was in sample B which amounted to Au g/ton, Ag g/ton, and Cu g/ton. Yuliang LiJian LiuWei-sheng GuanThe extraction process of gold and silver from the gold clay ore containing arsenic and manganese was investigated. With the conventional technique, the leaching rates of gold and silver are and respectively. To eliminate the negative effects of arsenic and manganese on cyanidation and increase the gold and silver leaching rates, a novel catalyst was added. The content of the catalyst used in the process was 8 g per 500 g org sample, the sample size was 60 μm and the pH value was kept between 10 and 11. Leaching with the catalyst for 3–5 h under certain conditions, the gold leaching rate increased to over 90% and the silver leaching rate increased to 80%–90%. The catalyst can effectively liberate gold and silver from the enclosure of arsenic and manganese and the industrial experiment has great significance to the development and utilization of the gold clay ore containing arsenic and manganese. Keywordsgold ore-cyanidation-catalyst-gold-silver-leaching rateMineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan ManauM F RosanaDkkRosana, dkk. 2011. Mineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan Manau, Jambi. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmuR SayogaSayoga, R. 2014. Air Asam Tambang. Bandung Penerbit Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian KimiaA SetiabudiR HardianA MudzakirSetiabudi, A. Hardian, R. dan Mudzakir, A. 2012. Karakterisasi Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian Kimia. Bandung UPI Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan EmasT WahyudiL TahliA AutantoWahyudi, T. Tahli, L. dan Autanto, A. 2014. Karakterisasi Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan Emas. Bandung Tekmira. Beberapacontoh dari limbah industri padat antara lain adalah plastik, kantong, sisa pakaian, sampah kertas, kabel, listrik, bubur- bubur sisa semen, lumpur- lumpur sisa industri, dan lain sebagainya. Limbah cair. Limbah cair dikenal sebagai entitas pencemar air. Sesuai dengan namanya, yang disebut sebagai limbah cair adalah limbah yang Pada umumnya jenis limbah dari pertambangan memiliki tiga jenis yaitu zat cair, gas, dan padatan. Hal ini berlaku di pertambangan emas, mulai dari proses pengerukan, pemisahan dari batuan lainnya, serta pemurnian kadarnya. Keseluruhan proses tersebut memerlukan bantuan zat kimia aktif, seperti pemanfaatan sianida untuk menghindari terbentuknya merkuri. Pemecahan bijih juga menghasilkan lumpur yang cukup banyak. Penggunaan alat – alat berat juga memberikan efek signifikan terhadap perubahan komposisi dan kemurnian udara di sekitar pertambangan. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan pengolahan limbah tambang emas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi zat – zat berbahaya dan pengolahan material yang masih bisa dimanfaatkan. Oleh karena itu, pemrosesan limbah tersebut wajib dilakukan, karena dapat mengurangi dampak dan memberikan manfaat yang sangat besar. Salah satu pengolahan limbah yang lazim dilakukan dengan mengubahnya menjadi bahan bangunan. Baca Juga Identifikasi Daerah Penghasil Emas yang Penting untuk Diketahui Pemanfaatan Limbah Tambang Emas Sebagai Bahan Bangunan Salah satu tujuan pembangunan dari Indonesia adalah pembangunan berkelanjutan yang berarti tercipta keseimbangan antara ekonomi serta lingkungan. Hal ini juga berarti bahwa eksploitasi sumber daya secara berlebihan atau pembangunan dengan dampak negatif mulai dikurangi. Salah satunya dengan mengelola hasil pertambangan yang saat ini menjadi isu penting. Urgensi ini ternyata membawa ide baru dalam pengelolaannya, yaitu memanfaatkan tailing dari limbah tambang emas menjadi bahan bangunan, salah satunya sebagai pencampur beton. Tailing memiliki kandungan melebihi batas minimal sebagai pencampur beton. Selain itu, tailingnya sudah terbebas dari logam berat atau sianida hasil dari percampuran dengan semen. Salah satu proses yang dilalui sebelum menjadikan tailing dari limbah tambang emas sebagai material bangunan ramah lingkungan adalah stabilisasi/solidifikasi S/S. S/S ini memberikan efek untuk mengurangi mobilitas logam berat dalam suatu material. Proses tersebut dapat terjadi karena adanya interaksi antara tailing dan zat bersifat pozzolan seperti semen. Campuran tersebut membentuk padatan keras monolit yang terjadi karena sifat kimia dari tailing serta fisik semennya. Hal ini menjadikannya sebagai bahan bangunan ramah lingkungan atau dikenal sebagai Green Fine Aggregate GFA. Ketahanannya sendiri sudah memenuhi persyaratan minimum, yaitu dengan campuran 50% semen dapat menahan 40 MPa. Manfaat yang Akan Dirasakan Manfaatnya dapat dirasakan dalam berbagai bentuk, mulai dari paving block, genteng, batako, panel/tiang, dan berbagai material bangunan lainnya. Material berlimpah menjadikannya sebagai alternatif bahan bangunan berkualitas. Untuk memanfaatkannya bisa dirupakan dalam berbagai bentuk, mulai dari program CSR atau menjualnya secara bebas. Sosialisasi tentang manfaat serta proses pengolahan limbah tambang emas bisa menjadi salah satu langkah kampanye kesadaran mengurangi limbah pertambangan. Indonesia memiliki potensi mineral tinggi, mulai dari emas, perak, minyak bumi, dan berbagai mineral lainnya. Namun salah satu kendalanya adalah memanfaatkan limbahnya. Tetapi kini dengan proses s/s limbah tambang emas bisa jadi bahan bangunan yang berkualitas tinggi dan tinggi akan manfaat. Baca Juga Dari Pengolahan Emas, Ini 5 Manfaat yang Dapat Anda Nikmati Jika Anda tertarik dengan informasi-informasi mengenai emas atau pertambangan emas, Anda bisa membaca artikel-artikel dari PT. Agincourt Resource di sini.

Dalamtabel Sistem Periodik Bahan Kimia (Gambar 1), garis diagonal digambar dari boron (B) ke polonium (Po) membedakan logam dari nonlogam. Unsur dalam garis ini adalah metaloid, kadangkala disebut semi-logam; unsur dikiri bawah adalah logam; unsur ke kanan atas adalah nonlogam. Beberapa contoh logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas

The amalgamation in artisanal gold mining process in order to separate gold from the ore gold-amalgam will produce mercury waste. Poor waste management of mercury can pollute the environment. This research aims to identify a potential distribution pattern of mercury waste or tailing in Cisungsang village, Cibeber sub-district. Methods used are survei and spatial analysis. Samples taken from the research site are the gold miners as subjects of research, sample of mercury waste, environmental samples water, soil, fish, vegetables, and rice. The research results show that the use of mercury 100gr every tromol, every shift has strong correlation r = 0,791 with mercury concentrations in the waste ponds. Mercury concentrations in the liquid of waste ponds are 0,083-0,265 ppm and mercury concentration in the tailing sludge are 0,304-0,407 ppm. Researcher also develop a potential distribution pattern of mercury that consider slopes of 35% in the area, high precipitation, which can reach 4000 mm per year, and the condition of open waste ponds, which can speed up the mercury disposal process in the environment. Mercury concentration in the environment has exceeded the quality standard. Test result on environmental samples show that mercury concentration in fish is 1,66 ppm, in spinach is 4,61 ppm, and soil 0,0127 ppm. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free POTENSI SEBARAN LIMBAH MERKURI PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DI DESA CISUNGSANG, KABUPATEN LEBAK, BANTEN POTENTIAL DISTRIBUTION PATTERN OF ARTISANAL GOLD MINING'S MERCURY WASTE IN CISUNGSANG VILLAGE, LEBAK DISTRICT, BANTEN Helmi Setia Ritma Pamungkas', Hasroel Thayib2, dan Inswiasri3 1Peneliti pada Kajian Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia 2Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan Email helmisetiaritma Diterima 23 Desember 2014; Direvisi 23 April 2015; Disetujui 22 Juni 2015 ABSTRACT The amalgamation in artisanal gold mining process in order to separate gold from the ore gold-amalgam will produce mercury waste. Poor waste management of mercury can pollute the environment. This research aims to identib, a potential distribution pattern of mercury waste or tailing in Cisungsang village, Cibeber sub-district. Methods used are survei and spatial analysis. Samples taken from the research site are the gold miners as subjects of research, sample of mercury waste, environmental samples water, soil, fish, vegetables, and rice. The research results show that the use of mercury 100gr every tromol, every shift has strong correlation r = 0,791 with mercury concentrations in the waste ponds. Mercury concentrations in the liquid of waste ponds are 0,083-0,265 ppm and mercury concentration in the tailing sludge are 0,304-0,407 ppm. Researcher also develop a potential distribution pattern of mercury that consider slopes of 35% in the area, high precipitation, which can reach 4000 mm per year, and the condition of open waste ponds, which can speed up the mercury disposal process in the environment. Mercury concentration in the environment has exceeded the quality standard. Test result on environmental samples show that mercury concentration in fish is 1,66 ppm, in spinach is 4,61 ppm, and soil 0,0127 ppm. Keywords Potential distribution, mercury waste, artisanal gold mining ABSTRAK Pengolahan emas dengan cara amalgamasi menghasilkan emas amalgam dan limbah merkuri. Pengelolaan limbah merkuri tidak baik dapat mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui sebaran limbah merkuri/ tailing yang ada di daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber. Metode yang digunakan adalah survei dan spasial. Sampel yang diambil adalah penambang emas rakyat sebagai responden, sampel limbah merkuri, dan sampel lingkungan air, tanah, ikan, sayuran, dan padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan merkuri memiliki korelasi yang sangat kuat dengan konsentrasi merkuri pada bak penampung limbah. Penggunaan merkuri dalam gelundung 100 gram per gelundung mempunyai korelasi yang kuat r = dengan konsentrasi merkuri limbah cair pada bak penampung 0,083-0,265 ppm dan konsentrasi merkuri limbah padat 0,304-0,407 ppm. Peneliti juga membuat pola potensi sebaran merkuri, dengan mempertimbangkan kemiringan lereng mencapai 35%, curah hujan yang cukup tinggi yakni hingga 4000 mm/tahun, dan kondisi bak penampung limbah yang terbuka, maka distribusi merkuri relatif cepat ke lingkungan. Konsentrasi merkuri di lingkungan sudah melebihi baku mutu. Hasil uji pada sampel lingkungan menunjukkan konsentrasi merkuri pada ikan sebesar 1,66 ppm, bayam 4,61 ppm, dan tanah 0,0127 ppm. Kata kunci Potensi sebaran, limbah merkuri, tambang emas rakyat PENDAHULUAN Awal adanya pertambangan emas rakyat di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Banten yakni adanya blok Cikidang yang ditutup pada tahun 2007, kemudian disusul blok Pasir Gombong yang ditutup tahun 2008. Kedua blok tersebut dikelola oleh Aneka Tambang. Perusahaan peninggalan zaman Belanda ini dikelola sejak tahun 1936 dan sempat diambil alih Jepang pada tahun 1942. Banyak Masyarakat di daerah Cibeber dan sekitamya menjadi 195 Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 pekerja di perusahaan ini. Setelah Aneka Tambang Antam tutup tahun 2011, para pekerja menjadi penambang emas rakyat dengan mengolah emas di tempat tinggal masing-masing. Mereka menggunakan merkuri dalam pengolahan emas dalam gelundung untuk memisahkan emas dari bijihnya. Perkembangan pengolahan emas oleh penambang rakyat semakin meluas hingga ke Kecamatan Bayah. Menurut survei yang dilakukan peneliti, desa-desa yang terdapat gelundung untuk pengolahan emas diantaranya di Desa Cisungsang, Desa Situmulya, Desa Lebak Binong, Desa Cihambali, Desa Pasir Gombong, Desa Suakan, Desa Cimancak, Desa Bayah Barat 1, dan Desa Bayah Barat 2. Dari sekian banyak desa di dua kecamatan Cibeber dan Bayah, peneliti memilih Desa Cisungsang dengan alasan pertama, pengelolaan limbah merkuri dekat dengan lahan pertanian sawah, kolam ikan, dan pemukiman. Kedua, Desa Cisungsang masuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Ketiga, Desa ini memiliki tradisi Seren Taun perayaan panen padi dan disimpan sebagai ketahanan pangan. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Lebak tahun 2008-2028, daerah Cibeber dijadikan pusat pendaratan dan pelelangan ikan. Kecamatan Cibeber memiliki Desa atau lebih populer dengan nama Kasepuhan Citorek, Cisungsang dan Cibedug. Desa-desa ini dijadikan Budaya Lebak karena desa khas yang ditata untuk kepentingan pelestarian budaya RPJMD Kabupaten Lebak, 2009-2014. Salah satunya adalah tradisi Seren Taun atau perayaan panen yang dilakukan masyarakat Kasepuhan Cisungsang sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil panen padi yang diberikan oleh Sang Khalik. Warga kasepuhan secara harfiah berarti tetua secara turun temurun melakukan tradisi ini untuk ketahanan pangan warga Cisungsang. Namun pada kenyataannya desa ini berkembang pesat akibat adanya aktifitas pertambangan emas yang dikelola oleh perorangan yang menggunakan merkuri dan pengelolaan limbah berada di areal lahan pertanian sawah sebagai lahan tanam padi dan kolam ikan. Berdasarkan basil preliminary research bulan Desembei 2013, peneliti menemukan beberapa penambang emas di daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber menggunakan merkuri untuk proses pemisahan emas dari bijihnya dalam gelundung proses amalgamisasi. Limbah merkuri atau tailing ditampung dalam bak penampung yang ada di lahan pertanian sawah. Kemudian tailing yang mereka anggap masih mengandung emas, diolah kembali dalam tong. Lokasi tong biasanya berada di dekat sungai agar mudah membuang limbah. Limbah ini dibuang ke aliran sungai Cikidang yang mengalir ke DAS Cibareno. Padahal limbah merkuri memiliki daya racun pada manusia. Pertambangan emas yang dilakukan para penambang emas rakyat di Cisungsang, Kecamatan Cibeber, merupakan mata pencaharian tambahan masyarakat sekitar setelah pertanian. Mata pencaharian ini terlihat signifikan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Cisungsang. Para penambang emas ini menggunakan merkuri dalam pengolahan emas dan membuang limbah ke bak penampung limbah yang berada di lahan pertanian sawah/kolam ikan. Tentu raja aktivitas pengelolaan limbah merkuri atau tailing dapat berpotensi menimbulkan dampak yang merugikan baik pada kelangsungan hidup maupun pada kesehatan manusia. Padahal, masyarakat masih menggunakan area tersebut sebagai lahan untuk menanam padi atau kolam ikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sebaran limbah merkuri/ tailing yang ada di daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber. BAHAN DAN CARA Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan mengukur kualitas limbah bak penyimpanan dan mengukur merkuri di air, tanah, sayuran, dan ikan. Kemudian menggali informasi tentang penggunaan merkuri dengan menggunakan kuesioner kepada para penambang dan survei tempat gelundung. Kemudian dilakukan ploting data tempat gelundung 196 Kualitas limbah Pengaruh pada lingkungan Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Karakteristik Penambang Emas Rakyat 1 Penggunaan merkuri Gambar 1. Langkah-langkah analisis potensi sebaran merkuri pertambangan emas rakyat dalam peta, dianalisis dengan menggunakan spasial analisis. Untuk menyelesaikan masalah, peneliti berpendapat bahwa ada beberapa langkah yang hams dilalui yaitu a Identifikasi para penambang emas rakyat di Cisungsang b Identifikasi lokasi pengolahan emas gelundung dan tong c Pengambilan sampel di bak pengendap dan lahan pertanian sawah air, tanah, ikan, padi d Analisa sampel ke laboratorium dan ploting data merkuri dipeta e Analisis potensi sebaran merkuri yang dilakukan para penambang emas rakyat di Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten Populasi dan sampel Sampel terdiri atas penambang emas rakyat, limbah merkuri cair dan padat, dan lingkungan air, ikan, tanaman, padi dari lahan pertanian sawah. Penambang emas rakyat adalah penambang emas rakyat yang berada di kawasan Cisungsang dan sekitarnya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak — Banten. Limbah merkuri adalah limbah padat dan limbah cair yang mengandung merkuri pada bak penampung yang berada di kawasan Cisungsang dan sekitarnya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak — Banten. Lahan pertanian sawah adalah lahan pertanian sawah yang berada di kawasan Cisungsang dan sekitarnya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak —Banten. Sampel-sampel lingkungan maupun sampel limbah yang diambil termasuk jenis sampel sesaat/grab sample Effendi, 2003. Jumlah sampel tanah yang diperlukan menurut standar pengambilan sampel lingkungan adalah 1-2 kg Suganda et al., 2006. Menurut Hadi 2005 bahwa pengambilan sampel tanah dengan cara acak sederhana cocok untuk lahan perkebunan, persawahan, dan lain-lain dengan asumsi cenderung homogen dan variabilitas komposisi kimiawi tanahnya rendah. Analisis Data Analisa data yang dilakukan adalah analisis spasial dan analisis kuantitatif. Analisis spasial dengan ploting data kandungan merkuri di peta Bakosurtanal overlay dengan peta tata guna lahan dengan menggunakan perangkat lunak Arc GIS 10. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data primer yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran. Peneliti mengolah dan menyajikan dalam bentuk deskriptif, menggunakan analisis univariat, dan bivariat untuk membuat korelasi penambang emas rakyat dengan kadar Hg di lahan pertanian sawah yang digunakan sebagai kolam penampung limbah merkuri/tailing oleh penambang. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari hingga April 2015. HASIL Karakteristik penambang Berdasarkan data yang tercatat di Kantor Desa, ada 105 jiwa yang berwiraswasta, 3 diantaranya penambang sekaligus pemilik gelundung. Peneliti hanya berhasil menemui 61 responden pemilik gelundung dan 2 orang pemilik tong. Sebagian besar responden 85,71 % adalah 197 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 laki-laki dan 14,29% adalah perempuan Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Kategori Persen Jumlah % Jumlah orang - . - Jenis Kelamin Laki-laki 63 54 85,71 Perempuan 9 14,29 Umur 16-54 tahun 59 93,65 >55 tahun 4 6,35 Pendidikan Tidak sekolah 4 6,35 SD 39 61,90 SMP 11 17,46 SMA 8 12,70 Sarjana 2 3,17 Penggunaan merkuri Secara umum penggunaan merkuri di Desa Cisungsang termasuk besar hingga mencapai 73 kg dalam satu kali pengolahan. Merkuri minimum yang digunakan per gelundung adalah 100 gram Tabel 2. Penggunaan merkuri biasanya disesuaikan dengan potensi emas yang berada dalam batuan yang mereka dapatkan. Jika potensinya cukup bagus, maka merkuri yang digunakan dapat melebihi 200 gram/gelundung. Penggunaan merkuri paling tinggi terjadi di Poboya yakni 500 cc per tromol/gelundung Zulfikah et al., 2014. Tabel 2. Tabel penggunaan merkuri Jumlah Banyak Total Penggunaan Gelundun Merkuri/ merkuri Jumlah g gelundung Gelundung x Banyak merkuril 730 100 gram 73000 gram Penambang di Cisungsang memiliki gelundung antara 5-40 buah dan total gelundung yang berada di Cisungsang adalah 730 gelundung. Jika penggunaan merkuri pergelundung minimal 100 gram, maka untuk sekali pengolahan, para penambang membutuhkan 73 kg merkuri. Biasanya penggunaan merkuri juga berdasarkan asal batuan. Batuan penghasil 198 emas dipasok dari daerah Pasir Gombong, Cikidang, dan Ciomas. Battan yang paling bagus untuk kadar emasnya berasal dari Pasir Gombong. Semakin bagus kadar emasnya, pemakaian merkuri semakin tinggi. Kualitas limbah Kualitas limbah cair Tabel 3 pada bak penampung memiliki konsentrasi merkuri terendah 0,083 ppm dan konsentrasi tertinggi 0,265 ppm. Hal ini berarti, limbah cair yang terdapat dalam bak penampung memiliki konsentrasi jauh lebih tinggi dari yang diperbolehkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Sedangkan limbah cair pada inlet tong memiliki konsentrasi merkuri 0,0019 yang masih berada dibawah ambang batas baku mutu limbah yakni 0,005 ppm. Tabel 3. Kualitas limbah cair Keterangan Konsentrasi Merkuri pada Limbah Cair Minimum 0,00190 Maksimum 0,26500 Rata-Rata 0,15219 Median 0,17100 Jumlah 15 Limbah merkuri yang diambil berupa sedimen. Limbah ini diambil dari 2 jenis pengolahan emas, yakni gelundung dan tong. Jumlah bak penampung yang sudah disurvei sebanyak 70 lokasi, sedangkan pengolahan emas dengan menggunakan tong tidak memiliki bak penampung. Lokasi pengambilaan sampel limbah padat dari bak penampung diambil dari 7 lokasi dan 1 sampel limbah padat dari lokasi tong. Total sampel limbah padat berjumlah 13 sampel. Limbah padat atau tailing Tabel 4 pada penampung memiliki konsentrasi merkuri 0,304-0,407 ppm. Limbah padat pada bak penampung sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 mengenai Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah untuk Penentuan Karakteristik Sifat Racun sebesar 0,01 ppm. Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Tabel 4. Kualitas limbah padat Keterangan Konsentrasi Merkuri pada Limbah Padat Minimum 0,30400 Maksimum 0,40700 Rata-Rata 0,36285 Median 0,37700 Jumlah Sampel 13 Besar konsentrasi merkuri pada bak penampung memiliki hubungan yang kuat dengan penggunaan merkuri. Uji hipotesis dengan statistik menunjukan bahwa nilai r = 0,791 berarti memiliki korelasi sangat kuat. Semakin banyak merkuri yang digunakan dalam pengolahan emas pada gelundung, maka semakin tinggi konsentrasi limbah merkuri pada bak penampung. Hal ini juga terjadi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiabudi 2006 bahwa kenaikan konsentrasi merkuri yang sangat tinggi berhubungan erat dengan pemakaian merkuri dalam proses penggilingan bijih dengan menggunakan alat gelundung. Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel ikan koordinat 657567, 9248255, elv 715 Kolam ikan hanya disekat oleh tumpukan tailing yang dibungkus oleh karung-karung beras. Jarak antara bak penampung limbah dengan lahan pertanian sawah atau kolam ikan antara 0,30-2,00 m Gambar 2 Tumbuhan atau sayuran juga banyak yang tumbuh dekat dengan bak penampung. Padahal tumbuhan atau sayuran tersebut dikonsumsi oleh masyarakat Cisungsang. Konsentrasi merkuri di lingkungan Konsentrasi merkuri di lingkungan termasuk tinggi. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam tanaman yakni bayam sebesar 4,61 ppm, ikan 1,66 ppm dan tanah 0,0127 ppm. Konsentrasi merkuri pada ikan dan sayuran sudah melebihi baku mutu, sedangkan pada air sebesar 0,0008 dan masih di bawah baku mutu Tabel 5. 199 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 Tabel 5. Konsentrasi merkuri di lingkungan Media Konsentrasi merkuri tertinggi ppm Nilai Baku mutu Regulasi Sayuran 4,61 0,03 ppm BPOM Ikan segar 1,66 0,5 ppm BPOM Tanah 0,0127 0,02-0,625 ppb WHO, 1989 Air 0,0008 0,005 ppm PP No. 20 Tahun 1990 Biji-bijian 0,002 0,05 ppm BPOM Hasil uji laboratorium Tabel 5 pada sampel air menunjukkan konsentrasi tertinggi sebesar 0,0008 ppm. Angka tersebut masih berada di bawah nilai yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990, yakni 0,005 ppm kandungan merkuri yang diperbolehkan dalam air. Hal ini berarti kandungan merkuri pada air masih aman dan masih bisa dipakai masyarakat untuk mengairi sawahnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di daerah Pongkor oleh beberapa peneliti Tabel 6 dapat dilihat perbandingan keberadaan merkuri di lingkungan Peneliti membandingkan dengan wilayah pertambangan emas rakyat yang menggunakan merkuri dalam pengolahan emas. Tabel 6. Kadar merkuri pada berbagai jenis contoh di lokasi penelitian, Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2001-2012 Jenis Contoh Kisaran ppm standar Lokasi Air sungai 6-220 0,001 ppm Pongkor Juliawan, 2012 Sedimen areal persawahan 7,73-22,68 0,02-0,625 ppb Pongkor Rahmansyah et a/.,2009 Ikan 0,16-0,24 0,5 ppm Pongkor Halimah et al, 2001 Sayuran 0,04 0,03 ppm Pongkor Widowati, 2008 Beras 0,25-0,45 0,05 ppm Pongkor Widowati, 2008 Hasil penelitian Potensi sebaran merkuri Dalam penelitian ini, pola sebaran merkuri dengan metode spasial dilakukan dengan mempertimbangkan aspek topografi dan curah hujan. Topografi di daerah ini memiliki kemiringan hingga 35% dan data curah hujan yang cukup tinggi yakni hingga 4000 mm/tahun Sawitri et al., 2010 , maka merkuri relatif cepat terbawa arus hujan ditambah kondisi bak penampung yang terbuka. Potensi sebaran merkuri dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. 200 PETAI POTEMSISFHARI. MERMAN MAMAS PENCOUNAN OMB. TWA PAINA, WET WON PkilIMAN PHAN KC...00M CIIIESE11,1411UKIEN TES. astPeTt3. mpdvid Lnr41040 PerenPai.. ryelhel WIDE% MAP Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Gambar 3. Peta potensi sebaran merkuri pada Lingkungan di Desa Cisungsang sumber BIG, 2015, modified soot HAIN mt.x..454146 ;Ion r51119- lrmMtmrn rvOn0,,•lhouir Gambar 4. Penampang potensi sebaran merkuri di Daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Potensi penyebaran limbah merkuri di Desa Cisungsang akan makin meluas mengikuti pola penyebaran pemukiman, karena penambang mengolah emas di rumah masing- masing. Limbah hanya ditampung pada bak penampung tanpa atap, maka sebaran merkuri di lingkungan makin menyebar ke areal persawahan, dan konsentrasi merkuri semakin tinggi. PEMBAHASAN Sebagian besar penambang adalah mereka dengan mata pencaharian sebagai petani. Umumnya pengolahan emas di Desa Cisungsang berada disamping rumah para penambang, yakni di lahan pertanian sawah atau kolam ikan. Lahan pertanian sawah atau kolam ikan di daerah ini tidak terpisah dengan pemukiman. Keberadaan bak penampung dan lahan pertanian sawah atau kolam ikan sangat dekat Gambar 1, sehingga sangat berisiko terjadi pencemaran 201 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 pada air, sedimen, tanaman dan ikan yang berada dalam lahan tersebut. Jika dilihat sebagian besar tingkat pendidikan adalah SD 61,90%, maka diasumsikan pengetahuan mengenai bahaya merkuri masih rendah. Dikhawatirkan para penambang masih belum faham mengenai penggunaan merkuri untuk pengolahan emas dalam gelundung. Hal ini dibuktikan dengan konsentrasi limbah yang cukup besar di bak penampungan. Menurut Zulkifli 2013, penambangan emas telah menyebabkan peralihan pekerjaan masyarakat menjadi penambang, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda ekonomi terhadap kegiatan lainnya. Hal ini terjadi juga pada masyarakat di Kecamatan Cibeber yang berpindah profesi seperti dari petani menjadi penambang emas di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Para penambang menggunakan bak penampungan limbah merkuri dekat dengan pemukiman dan lahan pertanian sawah. Lahan pertanian yang dijadikan bak penampung dapat mengalami pencemaran. Menurut Hidayati et al. 2006, tumbuhan yang tumbuh pada bak penampung cenderung tinggi terhadap akumulasi merkuri pada akar. Bayam berdaun dun adalah termasuk tumbuhan hiperakumulator terhadap merkuri Irsyad et al., 2014. Tidak hanya bayam, talas juga memiliki daya akumulasi yang tinggi terhadap merkuri Rahmansyah et a/.,2009. Menurut Subowo et al. 1999, adanya limbah B3 dalam lahan pertanian dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Pencemaran merkuri ke lingkungan pada saat amalgamisasi dan pemijaran emas amalgam dalam proses penambangan emas, akan mengkontaminasi cumber air minum dan ikan yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar tambang Inswiasri dan Martono, 2007. Pembuangan tailing yang berasal dari proses amalgamasi bijih emas, memungkinkan limbah merkuri tersebar di sekitar wilayah penambangan dan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan oleh merkuri organik atau anorganik. Hal ini terjadi terutama di wilayah-wilayah tropis, karena tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia yang akan menunjang percepatan 202 mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun Herman, 2006. Hasil penelitian uji petik geologi medic mengindikasikan bahwa paparan merkuri tidak hanya pada media air dan tanah, tetapi juga pada biomarker seperti tanaman pangan, sayuran dan rambut, rata-rata masih di bawah baku mutu, namun demikian pada ikan dan urin sudah ada yang melebihi nilai baku mutu Agung dan Hutamadi,2012. Tahun 1995 terdeteksi kandungan merkuri di atas ambang batas pada hati ikan kerong-kerong teraponjarbua yaitu 9,1 mg/g Wurdiyanto, 2007 atau senilai 18 kali lebih tinggi dari panduan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, 1990. Hal serupa juga dialami penambang emas di Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas, dengan rata-rata kadar merkuri di rambut µ g/g Lestarisa, 2010, nilai tersebut telah melebihi kadar merkuri normal dalam rambut yaitu 1-2 mg/kg menurut WHO 1990. Menurut Kitong et al. 2013, semakin dekat jarak dari lokasi penambangan maka semakin tinggi pula konsentrasi merkuri dibandingkan dengan lokasi yang berada jauh dari lokasi pertambangan. Merkuri dan turunannya sangat beracun. Jika merkuri masuk dalam lingkungan perairan akan merugikan manusia, karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Pencemaran perairan oleh merkuri sangat mempengaruhi ekosistem setempat, karena sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terakumulasi dalam tubuh organisme yaitu melalui rantai makanan. Menurut WHO 1989, merkuri di alam umumnya berbentuk metil merkuri yaitu bentuk senyawa organik dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Merkuri yang dapat diakumulasi adalah metil merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh ikan dan dapat betacun bagi manusia. Phytoplankton dan bakteri dapat melakukan transfer dan transformasi merkuri, karena kedua organisme tersebut relatif mendominasi perairan dan sea grass. Bakteri dapat merubah merkuri menjadi metil merkuri, dan membebaskan merkuri dari sedimen. Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Kegiatan pengolahan limbah merkuri di Daerah Cisungsang memiliki kesamaan dengan tempat-tempat lain di Indonesia, seperti di Kecamatan Sumulata dan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara. Konsentrasi merkuri dalam tailing Desa Sumulata 4,35-23,85 ppm dan di Desa Ilangata 27,33-35,25 ppm Mahmud et al., 2014. Melihat dari pola persebaran tempat gelundung di daerah penelitian, maka peneliti perlu mengetahui konsentrasi merkuri dalam limbah cair dan padat dalam bak penampung dan mengetahui merkuri yang digunakan dalam gelundung. Kadar emas yang didapat oleh para penambang emas rakyat antara 0,2-3 gram dalam sekali pengolahan. Kadar tersebut belum murni emas, masih terdapat campuran perak. Menurut para penambang, kadar emas yang paling bagus terdapat pada batuan yang berasal dari Pasir Gombong dan Cikidang. Ketika PT Antam masih beroperasi, blok ini sudah menghasilkan ton emas Badan Geologi, 2013. Jika ingin mendapatkan emas murni, maka para penambang hams menggunakan pembakaran. Proses pembakaran ini juga menimbulkan uap merkuri ke udara, proses pembakaran umumnya di tempat terbuka. Peneliti berpendapat bahwa uap merkuri yang ditimbulkan pada saat pembakaran berisiko mencemari lingkungan. Satu kali pengolahan memakan waktu 7-8 jam dengan rata-rata jumlah gelundung 10 buah. Merkuri yang ditambahkan dalam satu gelundung adalah 100 gram, jadi sekali pengolahan membutuhkan 1 kg merkuri. Harga merkuri diasumsikan 150 ribu/kilo, maka biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan adalah 150 ribu belum ditambah biaya listrik dan biaya bahan bakar minyak ke tempat tambang. Emas yang dijual ke pengepul berkisar 200-300 ribu/gram emas tidak murni. Emas yang didapat dengan harga pengolahan tidak terlalu menguntungkan. Peneliti melihat, kegiatan pengolahan ini juga sebagai kegiatan sampingan oleh para penambang disela menunggu musim panen tiba. Para penambang juga mengkonsumsi ikan jenis mujair, emas, nila dan lele dari kolam ikan yang dekat dengan bak penampung limbah. Ikan ini juga mereka jual ke masyarakat Cisungsang sendiri. Namun untuk air minum, para penambang mengkonsumsi air dari mata air yang tidak tercemar merkuri. Sampel ikan diambil dari kolam ikan yang hanya disekat oleh sak tailing. Konsentrasi merkuri yang ada pada ikan, nilai tertinggi sebesar 1,66 ppm Purnama et al., 2015. Dengan mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan POM No .3725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan yang diperbolehkan pada ikan adalah sebesar 0,5 ppm. Hal ini berarti rata-rata konsentrasi merkuri pada ikan telah melebihi kadar yang diperbolehkan. Peneliti berpendapat bahwa ikan tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat. Selain ikan yang dijadikan bahan konsumsi, masyarakat Cisungsang juga mengkonsumsi sayuran misalnya bayam dan talas. Bayam dan talas ini diambil dekat dengan bak penampung, sehingga kemungkinan besar bisa tercemar merkuri. Batas maksimum merkuri yang diperbolehkan untuk sayuran oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, No sebesar 0,03 ppm. Hasil uji laboratorium pada sayuran menunjukkan konsentrasi merkuri terbesar ada pada bayam dengan nilai 4,61 ppm. Hal ini berarti konsentrasi merkuri yang terdapat pada bayam 154 kali lipat lebih tinggi yang ditetapkan oleh BPOM. Peneliti beranggapan bahwa sayur bayam memiliki daya akumulator yang paling tinggi pada merkuri. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irsyad et al., 2014 juga dikatakan bahwa bayam merupakan tumbuhan hiperakumulator terhadap merkuri. Padi yang ditanam di areal pesawahan memiliki risiko tercemar. Hasil uji laboratorium pada padi menunjukkan konsentrasi merkuri sebesar 0,002 ppm. Angka tersebut masih dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, No. sebesar 0,05 ppm. Peneliti berpendapat bahwa beras daerah Cisungsang juga masih aman untuk dikonsumsi masyarakat. 203 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 Peneliti menyadari juga bahwa Sungai Cikidang juga berpotensi tercemar oleh merkuri, tetapi peneliti tidak meneliti sampai sejauh itu, maka perlu penelitian lanjutan mengenai konsentrasi merkuri pada Sungai Cikidang sebagai anak sungai DAS Cibareno. Daerah ini dikenal dengan lumbung padi, artinya pangan utama mereka hams terhindar dari berbagai hal yang bisa merusak basil panen. Hasil panen yang didapat mencapai 3,5 ton/ha. Beras dan hasil panen ini, umumnya mereka konsumsi sendiri yang disimpan dalam lumbung hingga panen berikutnya Menurut Edi 2015, irigasi ini mengairi 475 ha sawah dan total 530 ha sawah, sisanya dialiri oleh mata air. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsentrasi merkuri rata-rata pada limbah cair 0,152 ppm dan limbah padat 0,363 ppm, nilai ini sudah melebihi baku mutu limbah. Pengelolaan limbah merkuri yang buruk di Desa Cisungsang mempengaruhi kualitas limbah di bak penampungan limbah dan mencemari lingkungan. Hasil pemeriksaan sampel lingkungan menunjukkan konsentrasi merkuri pada sampel bayam sebesar 4,61 ppm, ikan 1,66 ppm, dan tanah 0,0127 ppm. Potensi sebaran merkuri dilingkungan dipengaruhi oleh curah hujan tinggi 4000 mm/tahun, kemiringan topografi 35%, dan kondisi bak penampungan tidak tertutup. Pola sebaran mengikuti lokasi pemukiman sehingga aliran limbah merkuri yang terbuang akan mencemari persawahan yang letaknya lebih rendah dari tempat proses tambang emas rakyat tersebut. Saran Melihat pola sebaran limbah merkuril tailing pertambangan emas rakyat tidak sepenuhnya aman buat lingkungan, maka peneliti menyarankan beberapa alternatif untuk pengelolaan limbah ini. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Lebak perlu mengawasi dengan serius dalam pengelolaan limbah merkuri. Pengolahan emas sebaiknya terintegrasi, mengingat 204 sebaran tempat gelundung yang sudah luas. Disarankan pula agar tidak ada sebaran di tempat yang lebih tinggi. Seharusnya para penambang dapat mengurangi penggunaan merkuri dalam pengolahan emas, agar merkuri di lingkungan tidak tinggi. Pembuatan bak penampung tidak hanya 2, tetapi 4 bak pengendap dan dibuat tempat penimbunan seperti yang sudah diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 23 tahun 2008. Pada saat melakukan pengolahan emas, sebaiknya para penambang menggunakan alat pelindung diri bempa masker, sarong tangan latex, dan lain-lain, agar tidak terpapar merkuri. Masyarakat sebaiknya mencuci ikan dan sayur yang akan dikonsumsi dicuci dengan asam cuka. Kemudian tidak mengizinkan tanah atau sawahnya dijadikan tempat pengolahan emas maupun tempat pembuangan tailing. Perlu ada penelitian lanjutan untuk mengetahui distribusi pencemaran merkuri di DAS Cibareno, mengingat sepanjang sungai tersebut ditempati oleh masyarakat yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Perlu dilakukan kajian ekonomi lingkungan, mengingat cemaran merkuri yang ditimbulkan pada lingkungan cukup besar, dibandingkan dengan hasil yang didapatkan oleh para penambang, guna menuju pertambangan emas rakyat yang mampan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Haruki Agustina yang telah menyediakan waktu untuk menyempurnakan basil penelitian ini dan teman seperjuangan Mutiara Soprima, yang selalu memberikan dorongan dalam mengerjakan penelitian. Tidak lupa juga kepada Bapak Tri Edhi Budhi Soesilo, yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis. DAFTAR PUSTAKA Agung, L. Novalia. dan Hutamadi, R. 2012. Paparan Pertambangan Emas Rakyat Cisoka, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Suatu Tinjauan Geologi Medis. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 3-2012. Badan Geologi. 2013. Mineral Strategis di Kabupaten/Kota. eraca-mineral mode = administrasi, diakses tanggal 14 Juni 2015. Edi, M. 2015, April 9. Personal Inteview Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Periran. Yogyakarta Kanisius. Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Halimah, S., Darmaerius, Nety, Asrul. 2001. Pencemaran Merkuri di Sungai Cikaniki Akibat Penambangan Emas Tradisional Di Kawasan Gunung Pongkor Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan, Oktober 2001. Herman, 2006. Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen As, Merkuri Merkuri, Timbal Pb, dan Kadmium Cd dari Sisa Pengolahan Bijih Logam. Jumal Geologi Indonesia Maret 2006;31-36. Hidayati, N., Syarif, F., dan Juhaeti,T. 2006. Potensi Centrocemapubescence, Calopogonium mucunoides, dan Micania cordata dalam Membersihkan Logam Kontaminan pada Limbah Penambangan Emas. Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UPI. Inswiasri, Martono, H. 2007. Kajian Pencemaran Di Wilayah Tambang Emas Rakyat. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007. Irsyad, M., Sikanna, R., Musafira. 2014. Translokasi merkuri pada daun tanaman bayam Duni Amaranthus Spinosus Dari Tanah Tercemar. Online Jurnal of Natural Science, 17. Juliawan, N. 2012. Pendataan Penyebaran Merkuri pada Wilayah Pertambangan di Daerah Pongkor, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Badan Geologi. com_content&view=article&id=453 pendataa n-penyebaran-merkuri-pada-wilayahpertam bangan-di-daerah pongkor&catid=52content-menu-utama&Itemid=458, diakses tanggal 14 Juni 2015. Kitong, Abidjulu, J. Koleangan, H. 2013. Analisis Merkuri Hg dan Arsen As di Sedimen Sungai Ranoyapo Kecamatan Amurang Sulawesi Utara. Jumal Mipa Unsrat Online 11,16-19. Lestarisa, T. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri Merkuri Pada Penambang Emas Tanpa Izin PETI Di Kecamatan Kurun, Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Semarang Magister Kesehatan Lingkungan, Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Mahmud, M., Lihawa, F., Iyabu, H., dan Sakakibara, M. 2014. Kajian Pencemaran Merkuri Terahadap Lingkungan Dikabupaten Gorontalo Utara. Gorontalo Universitas Negeri Gorontalo. - Purnama, D., Yulianto, K., Ibrahim, Parwoto, Hutabarat, A. Dopri. 2015.Laporan Basil Investigasi Dugaan Intoksikasi Merkuri Di Wilayah Kasepuhan Cisitu, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Labak, Provinsi Banten. Jakarta BBTKLPP. Rahmansyah, M., Hidayati, N., Juhaeti, T. 2009. Tumbuhan Akumulator Untuk Fitoremediasi Lingkungan Tercemar Merkuri dan Sianida Penambangan Emas. Cibinong Sawitri, R., Subiandono, E. 2010. Karakteristik dan Persepsi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Subowo, Mulyadi, S. Widodo, dan Nugraha, A. 1999. Status dan penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding Bidang Kimia dan dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor. Suganda, H., Rachman, A., Sutono. 2006. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Widowati. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta CV. Andi. Wurdiyanto, G. 2007. Merkuri, Bahayanya dan Pengukurannya. Buletin Alara, Volume 9, Nomor 1 dan 2. World Commission on Evironment dan Development 1987. Our Common Future.WCED. World Health Organization, 1990. Environmental Health Criteria 101; Methyl- Mercury, IPCS, Geneva. Zulfikah, Basir, M., Isrun. 2014 Konsentrasi Merkuri Hg dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Kangkung ipomea reptans yang diberi Bokashi Kirinyu Chromolaena ordota L. pada Limbah Tailing Penambangan Emas Poboya Kota Palu. 2 6 587-595, Desember 2014. Zulkifli. 2013. Analisis Dampak Ekonomi, Sosia Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas Di Kecamatan Sawang Aceh Selatan. Jumal Ekonomika Universitas Almuslim Bireun-Aceh, Vol. 1No. 7 Maret 2013. 205 ... Dugaan ini didasarkan pada tingkat pendidikan, sebagian besar para penambang memiliki pendidikan yang relative tinggi dibandingkan masyarakat Lombok Barat pada umumnya, yaitu sebagian SMP-SMA sederajat. Pernyataan ini diperkuat oleh Pamungkas et al., 2015, bahwa rendahnya pemahaman masyarakat penambang di Desa Cisungsang, Lebak, Banten tentang dampak negatif dari tambang lebih disebabkan karena pendidikann, dimana sebagian besar adalah SD 61,90%. ...The high value and economic prospects of precious metals, have not been able to cover the environmental, health and social and economic impacts. The conversion of land functions and open pit mining activities as well as the amount of sediment waste causes very significant landscape and environmental changes. This study aims to evaluate the impact of using mercury and cyanide based on the knowledge and experience of actors miners and gold processors and the surrounding community on the island of Lombok. Field data collection was carried out by triangulation, namely in-depth interviews with actors and the community, and secondary/reference data from related agencies, especially the health center and several related research results. Gold extraction on the island of Lombok uses two methods which are carried out in stages, namely Amalgamation with mercury in the shelling process and Cyanidation with Potassium Cyanide in the bagging process. The results of the study show that the negative impacts of the mining process are more due to land clearing and miner safety. The impact of gold extraction using mercury is long-term, so it is difficult to identify the impact. Meanwhile, the impact of the use of cyanide is directly felt and seen by the public, especially in terms of decreasing the presence and yield of fish caught in rivers and T KitongJemmy Abidjulu Harry S. J. KoleanganA K Merkuri ArsenPenelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi merkuri dan arsen di sedimen Sungai Ranoyapo. Pengukuran konsentrasi total merkuri menggunakan Cold Vapor-Atomic Absorption Spectrometry CV-AAS sedangkan pengukuran konsentrasi total arsen menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS. Hasil yang diperoleh menunjukkan konsentrasi total merkuri di sedimen sungai yang diambil dari Desa Lompad, Desa Picuan, Desa karimbow I, Desa Karimbow II dan muara Sungai Ranoyapo berturut-turut yaitu 0,05 ppm, 0,05 ppm, 1,3 ppm, 0,18 ppm dan 0,05 ppm. Konsentrasi total arsen di sedimen sungai yang diambil dari Desa Lompad, Desa Picuan, Desa Karimbow I, Desa Karimbow II dan muara Sungai Ranoyapo berturut-turut yaitu 3 ppm, 2 ppm, 100 ppm, 2 ppm dan 1 ppm. Konsentrasi total merkuri dan arsen tertinggi adalah di Desa Karimbow I yang merupakan daerah pertambangan emas Z ULKIFLI HERMANSARI Ketika tailing dari suatu kegiatan pertambangan dibuang di dataran atau badan air, limbah unsur pencemar kemungkinan tersebar di sekitar wilayah tersebut dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahaya pencemaran lingkungan oleh arsen As, merkuri Hg, timbal Pb, dan kadmium Cd mungkin terbentuk jika tailing mengandung unsur-unsur tersebut tidak ditangani secara tepat. Terutama di wilayah- wilayah tropis, tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia akan menunjang percepatan mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun. Salah satu akibat yang merugikan dari arsen bagi kehidupan manusia adalah apabila air minum mengandung unsur tersebut melebihi nilai ambang batas; dengan gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel. Tailing yang berasal dari proses amalgamasi bijih emas memungkinkan limbah merkuri tersebar di sekitar wilayah penambangan dan dapat membentuk pencemaran lingkungan oleh merkuri organik atau anorganik. Pencemaran akan semakin membahayakan kesehatan manusia apabila unsur merkuri dalam badan air berubah secara biokimia menjadi senyawa metil-merkuri. Terdapat beraneka jenis mekanisma oleh mikro-organisma yang dapat membentuk spesies metil-merkuri bersifat racun, terutama apabila dimakan oleh ikan. Pengaruh organik merkuri terhadap kesehatan manusia termasuk hambatan jalan darah ke otak dan gangguan metabolisma dari sistem syaraf. Sedangkan pengaruh racun merkuri nonorganik adalah kerusakan fungsi ginjal dan hati di dalam tubuh manusia. Kebanyakan kegiatan pertambangan logam dasar melakukan pembuangan tailing dengan kandungan timbal yang signifikan. Timbal adalah unsur yang bersifat racun kumulatif. Penyerapan unsur yang melebihi nilai ambang batas oleh tubuh manusia akan mengikat secara kuat sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA. Hal ini akan mengarah kepada kerusakan saluran metabolik, hipertensi darah, hiperaktif, dan kerusakan otak. Masalah kadmium timbul dari suatu kegiatan pertambangan dan peleburan bijih timbal-seng, dimana pencemaran lingkungan disebabkan oleh tailing mengandung kadmium, dengan penambahan pencemaran oleh asap dan partikel mengandung kadmium. Pengaruh racun kadmium pada kesehatan manusia berupa penyakit lumbago, kerusakan tulang dengan keretakan karena melunaknya tulang dan kegagalan ginjal. ABSTRACT When tailing of a mining activity is discharged into either landscape or river body, the pollutan element wastes are possible to disperse within those areas and may cause pollution on environment. The environment pollution hazards of arsenic As, mercury Hg, lead Pb and cadmium Cd probably occurred if tailing with the content of those elements is not handled properly. Particularly in the tropical regions, higher rates of chemical weathering and bio-chemical activity will contribute a rapid mobilization of the most potentially toxic Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Widowati Efek Toksik LogamPetunjuk PengambilanContoh TanahPetunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Widowati. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta CV. Bahayanya dan PengukurannyaG WurdiyantoWurdiyanto, G. 2007. Merkuri, Bahayanya dan Pengukurannya. Buletin Alara, Volume 9, Nomor 1 dan Dampak Ekonomi, Sosia Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas Di Kecamatan Sawang Aceh SelatanZulkifliZulkifli. 2013. Analisis Dampak Ekonomi, Sosia Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas Di Kecamatan Sawang Aceh Selatan. Jumal Ekonomika Universitas Almuslim Bireun-Aceh, Vol. 1No. 7 Maret dan penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan RayaMulyadi SubowoS WidodoA NugrahaSubowo, Mulyadi, S. Widodo, dan Nugraha, A. 1999. Status dan penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding Bidang Kimia dan dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Merkuri Hg dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Kangkung ipomea reptans yang diberi Bokashi Kirinyu Chromolaena ordota L. pada Limbah Tailing Penambangan Emas Poboya Kota PaluZulfikahM BasirIsrunZulfikah, Basir, M., Isrun. 2014 Konsentrasi Merkuri Hg dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Kangkung ipomea reptans yang diberi Bokashi Kirinyu Chromolaena ordota L. pada Limbah Tailing Penambangan Emas Poboya Kota Palu. 2 6 587-595, Desember 2014.
\n \n \n pertambangan emas menghasilkan limbah logam berat cair seperti
1 Eksplorasi emas Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya, akan tetapi masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan dan pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi, amalgamasi, dan peleburan.Leaching Sianida adalah proses pelarutan
Apa Itu Limbah Cair TambangPada kegiatan pertambangan, istilah limbah cair tambang tidak dapat terelakkan, karena sering sekali disebut sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Akan tetapi, tidak semua orang mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan limbah cair tambang tersebut. Padahal limbah cair tidak hanya dihasilkan oleh sektor pertambangan saja, tetapi juga industri lain yang melibatkan proses produksi dengan hasil akhir yang harus memahami lebih lanjut tentang limbah cair tambang, maka informasi pada artikel berikut ini penting untuk Anda ketahui. Berikut adalah penjelasan selengkapnya!Pengertian dan Bahaya Limbah Cair TambangPerlu Anda ketahui, sesuai dengan namanya, limbah cair tambang merupakan salah satu jenis limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan yang dibuang ke lingkungan. Limbah ini dihasilkan dari proses penambangan, penimbunan di stockpile, hingga dari proses pencucian material pertambangan yang mengandung logam berat atau zat material tambang yang diduga turut berpengaruh pada rusaknya pada penambangan emas, batu bara, emas dan juga perak, terdapat kegiatan yang memerlukan logam seperti merkuri atau cairan raksa yang digunakan untuk memisahkan logam emas dari batu-batuan, pasir, dan juga tanah. Hasil akhir dari kegiatan pertambangan tersebut menghasilkan limbah logam berat cair yang tidak dapat dibuang langsung pada badan air dan memerlukan pengolahan limbah terlebih tidak ditangani dengan tepat, maka wilayah atau kawasan yang menerima limpahan limbah cair tambang yang cukup banyak dapat terpengaruh. Dampak negatifnya pun dapat dirasakan oleh ekosistem dan lingkungan tersebut. Selain itu, keberadaan limbah cair tambang juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan manusia yang tinggal di sekitar wilayah pertambangan, sehingga baku mutu buangan air limbah perlu benar-benar Limbah Tambang yang Perlu Anda KetahuiSelain mengenal tentang pengertian limbah cair tambang, Anda juga perlu mengetahui bahwa limbah cair yang berasal dari kegiatan pertambangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, antara lainAir tambangAir tambang merupakan jenis limbah cair tambang yang dihasilkan dengan beberapa cara tergantung dari aktivitas pertambangan. Tingkat kontaminasi limbah pun dapat bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Meskipun banyak jenis aktivitas yang dapat menghasilkan air tambang, tetapi bahaya yang dihasilkan tetap sama, yaitu pencemaran Anda ketahui, biasanya limbah cair tambang memiliki kandungan asam yang tinggi, sehingga mencemari sumber air setempat melalui proses yang dikenal dengan sebut Asam Tambang Drainase’ AMD atau Acid Rock Drainage ARD, yang dapat tercipta ketika air mengalir pada bagian atas material dengan kandungan sulfida dan membentuk larutan karena itu, air yang terdapat di sekitar kawasan pertambangam harus dipantau dengan teliti. Selain itu, strategi pengolahan limbah yang digunakan tidak hanya harus mengurangi jumlah air tambang yang dihasilkan, tetapi juga dapat mengolah jenis limbah cair ini sebelum dilepaskan kembali ke badan Treatment SludgeBerbeda dengan air tambang, water treatment sludge merupakan jenis limbah cair tambang yang dihasilkan dari sisa lumpur akibat proses pertambangan. Kandungan asam yang terdapat di dalamnya memang sedikit mirip dengan air tambang, tetapi ada kandungan tambahan yang tidak kalah berbahaya bagi lingkungan, seperti zat kimia dan bahan padat sisa pengolahan material karena itu, adanya zat tambahan tersebut membuat limbah cair tambang yang dihasilkan lebih kental dan harus dipompa keluar dari wilayah pertambangan. Bahkan dalam beberapa kasus, water treatment sludge juga mengandung zat radioaktif yang tidak hanya merusak lingkungan, tapi memiliki efek jangka panjang bagi manusia dan makhluk hidup Mengatasi Limbah Cair TambangPerlu Anda pahami bahwa tidak semua limbah cair tambang itu berbahaya. Limbah yang berbahaya adalah limbah yang tidak melalui proses pengolahan air limbah terlebih dahulu dan langsung dibuang melalui saluran pembuangan. Solusinya cukup mudah, yaitu dengan menghadirkan water treatment plant yang dapat menghilangkan zat berbahaya di dalam limbah cair sebelum akhirnya adanya water treatment, Anda dapat mendapatkan air limbah buangan yang telah sesuai dengan standar baku mutu dan memisahkannya dari kontaminan. Dengan begitu, limbah cair tersebut lebih bersih dan aman untuk Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang solusi water treatment plant dan masih kebingungan tentang proses pemasangannya, Adika Tirta Daya juga siap membantu Anda. Dengan pengalaman bertahun-tahun dalam pemasangan water treatment plant dan dipercaya oleh banyak perusahaan dari berbagai industri, Adika Tirta Daya merupakan vendor instalasi water treatment plant yang dapat informasi selengkapnya mengenai solusi yang dimiliki Adika Tirta Daya, Anda dapat menghubungi tim marketing kami sekarang juga! Pradana
Akibatnyalimbah buangan tambang menyebabkan sungai sarana pembuangan limbah cair berwarna keruh. Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batubara tetap memperhatikan kualitas limbah tambangnya dengan membuat water treatment dan pengunaan bahan penjernih air hingga limbah buangan aman bagi masyarakat dan lingkungan. 4.1.2.
. 162 162 427 122 239 350 238 456

pertambangan emas menghasilkan limbah logam berat cair seperti