Dalamtabel Sistem Periodik Bahan Kimia (Gambar 1), garis diagonal digambar dari boron (B) ke polonium (Po) membedakan logam dari nonlogam. Unsur dalam garis ini adalah metaloid, kadangkala disebut semi-logam; unsur dikiri bawah adalah logam; unsur ke kanan atas adalah nonlogam. Beberapa contoh logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas
The amalgamation in artisanal gold mining process in order to separate gold from the ore gold-amalgam will produce mercury waste. Poor waste management of mercury can pollute the environment. This research aims to identify a potential distribution pattern of mercury waste or tailing in Cisungsang village, Cibeber sub-district. Methods used are survei and spatial analysis. Samples taken from the research site are the gold miners as subjects of research, sample of mercury waste, environmental samples water, soil, fish, vegetables, and rice. The research results show that the use of mercury 100gr every tromol, every shift has strong correlation r = 0,791 with mercury concentrations in the waste ponds. Mercury concentrations in the liquid of waste ponds are 0,083-0,265 ppm and mercury concentration in the tailing sludge are 0,304-0,407 ppm. Researcher also develop a potential distribution pattern of mercury that consider slopes of 35% in the area, high precipitation, which can reach 4000 mm per year, and the condition of open waste ponds, which can speed up the mercury disposal process in the environment. Mercury concentration in the environment has exceeded the quality standard. Test result on environmental samples show that mercury concentration in fish is 1,66 ppm, in spinach is 4,61 ppm, and soil 0,0127 ppm. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free POTENSI SEBARAN LIMBAH MERKURI PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DI DESA CISUNGSANG, KABUPATEN LEBAK, BANTEN POTENTIAL DISTRIBUTION PATTERN OF ARTISANAL GOLD MINING'S MERCURY WASTE IN CISUNGSANG VILLAGE, LEBAK DISTRICT, BANTEN Helmi Setia Ritma Pamungkas', Hasroel Thayib2, dan Inswiasri3 1Peneliti pada Kajian Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia 2Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan Email helmisetiaritma Diterima 23 Desember 2014; Direvisi 23 April 2015; Disetujui 22 Juni 2015 ABSTRACT The amalgamation in artisanal gold mining process in order to separate gold from the ore gold-amalgam will produce mercury waste. Poor waste management of mercury can pollute the environment. This research aims to identib, a potential distribution pattern of mercury waste or tailing in Cisungsang village, Cibeber sub-district. Methods used are survei and spatial analysis. Samples taken from the research site are the gold miners as subjects of research, sample of mercury waste, environmental samples water, soil, fish, vegetables, and rice. The research results show that the use of mercury 100gr every tromol, every shift has strong correlation r = 0,791 with mercury concentrations in the waste ponds. Mercury concentrations in the liquid of waste ponds are 0,083-0,265 ppm and mercury concentration in the tailing sludge are 0,304-0,407 ppm. Researcher also develop a potential distribution pattern of mercury that consider slopes of 35% in the area, high precipitation, which can reach 4000 mm per year, and the condition of open waste ponds, which can speed up the mercury disposal process in the environment. Mercury concentration in the environment has exceeded the quality standard. Test result on environmental samples show that mercury concentration in fish is 1,66 ppm, in spinach is 4,61 ppm, and soil 0,0127 ppm. Keywords Potential distribution, mercury waste, artisanal gold mining ABSTRAK Pengolahan emas dengan cara amalgamasi menghasilkan emas amalgam dan limbah merkuri. Pengelolaan limbah merkuri tidak baik dapat mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui sebaran limbah merkuri/ tailing yang ada di daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber. Metode yang digunakan adalah survei dan spasial. Sampel yang diambil adalah penambang emas rakyat sebagai responden, sampel limbah merkuri, dan sampel lingkungan air, tanah, ikan, sayuran, dan padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan merkuri memiliki korelasi yang sangat kuat dengan konsentrasi merkuri pada bak penampung limbah. Penggunaan merkuri dalam gelundung 100 gram per gelundung mempunyai korelasi yang kuat r = dengan konsentrasi merkuri limbah cair pada bak penampung 0,083-0,265 ppm dan konsentrasi merkuri limbah padat 0,304-0,407 ppm. Peneliti juga membuat pola potensi sebaran merkuri, dengan mempertimbangkan kemiringan lereng mencapai 35%, curah hujan yang cukup tinggi yakni hingga 4000 mm/tahun, dan kondisi bak penampung limbah yang terbuka, maka distribusi merkuri relatif cepat ke lingkungan. Konsentrasi merkuri di lingkungan sudah melebihi baku mutu. Hasil uji pada sampel lingkungan menunjukkan konsentrasi merkuri pada ikan sebesar 1,66 ppm, bayam 4,61 ppm, dan tanah 0,0127 ppm. Kata kunci Potensi sebaran, limbah merkuri, tambang emas rakyat PENDAHULUAN Awal adanya pertambangan emas rakyat di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Banten yakni adanya blok Cikidang yang ditutup pada tahun 2007, kemudian disusul blok Pasir Gombong yang ditutup tahun 2008. Kedua blok tersebut dikelola oleh Aneka Tambang. Perusahaan peninggalan zaman Belanda ini dikelola sejak tahun 1936 dan sempat diambil alih Jepang pada tahun 1942. Banyak Masyarakat di daerah Cibeber dan sekitamya menjadi 195 Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 pekerja di perusahaan ini. Setelah Aneka Tambang Antam tutup tahun 2011, para pekerja menjadi penambang emas rakyat dengan mengolah emas di tempat tinggal masing-masing. Mereka menggunakan merkuri dalam pengolahan emas dalam gelundung untuk memisahkan emas dari bijihnya. Perkembangan pengolahan emas oleh penambang rakyat semakin meluas hingga ke Kecamatan Bayah. Menurut survei yang dilakukan peneliti, desa-desa yang terdapat gelundung untuk pengolahan emas diantaranya di Desa Cisungsang, Desa Situmulya, Desa Lebak Binong, Desa Cihambali, Desa Pasir Gombong, Desa Suakan, Desa Cimancak, Desa Bayah Barat 1, dan Desa Bayah Barat 2. Dari sekian banyak desa di dua kecamatan Cibeber dan Bayah, peneliti memilih Desa Cisungsang dengan alasan pertama, pengelolaan limbah merkuri dekat dengan lahan pertanian sawah, kolam ikan, dan pemukiman. Kedua, Desa Cisungsang masuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Ketiga, Desa ini memiliki tradisi Seren Taun perayaan panen padi dan disimpan sebagai ketahanan pangan. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Lebak tahun 2008-2028, daerah Cibeber dijadikan pusat pendaratan dan pelelangan ikan. Kecamatan Cibeber memiliki Desa atau lebih populer dengan nama Kasepuhan Citorek, Cisungsang dan Cibedug. Desa-desa ini dijadikan Budaya Lebak karena desa khas yang ditata untuk kepentingan pelestarian budaya RPJMD Kabupaten Lebak, 2009-2014. Salah satunya adalah tradisi Seren Taun atau perayaan panen yang dilakukan masyarakat Kasepuhan Cisungsang sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil panen padi yang diberikan oleh Sang Khalik. Warga kasepuhan secara harfiah berarti tetua secara turun temurun melakukan tradisi ini untuk ketahanan pangan warga Cisungsang. Namun pada kenyataannya desa ini berkembang pesat akibat adanya aktifitas pertambangan emas yang dikelola oleh perorangan yang menggunakan merkuri dan pengelolaan limbah berada di areal lahan pertanian sawah sebagai lahan tanam padi dan kolam ikan. Berdasarkan basil preliminary research bulan Desembei 2013, peneliti menemukan beberapa penambang emas di daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber menggunakan merkuri untuk proses pemisahan emas dari bijihnya dalam gelundung proses amalgamisasi. Limbah merkuri atau tailing ditampung dalam bak penampung yang ada di lahan pertanian sawah. Kemudian tailing yang mereka anggap masih mengandung emas, diolah kembali dalam tong. Lokasi tong biasanya berada di dekat sungai agar mudah membuang limbah. Limbah ini dibuang ke aliran sungai Cikidang yang mengalir ke DAS Cibareno. Padahal limbah merkuri memiliki daya racun pada manusia. Pertambangan emas yang dilakukan para penambang emas rakyat di Cisungsang, Kecamatan Cibeber, merupakan mata pencaharian tambahan masyarakat sekitar setelah pertanian. Mata pencaharian ini terlihat signifikan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Cisungsang. Para penambang emas ini menggunakan merkuri dalam pengolahan emas dan membuang limbah ke bak penampung limbah yang berada di lahan pertanian sawah/kolam ikan. Tentu raja aktivitas pengelolaan limbah merkuri atau tailing dapat berpotensi menimbulkan dampak yang merugikan baik pada kelangsungan hidup maupun pada kesehatan manusia. Padahal, masyarakat masih menggunakan area tersebut sebagai lahan untuk menanam padi atau kolam ikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sebaran limbah merkuri/ tailing yang ada di daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber. BAHAN DAN CARA Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan mengukur kualitas limbah bak penyimpanan dan mengukur merkuri di air, tanah, sayuran, dan ikan. Kemudian menggali informasi tentang penggunaan merkuri dengan menggunakan kuesioner kepada para penambang dan survei tempat gelundung. Kemudian dilakukan ploting data tempat gelundung 196 Kualitas limbah Pengaruh pada lingkungan Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Karakteristik Penambang Emas Rakyat 1 Penggunaan merkuri Gambar 1. Langkah-langkah analisis potensi sebaran merkuri pertambangan emas rakyat dalam peta, dianalisis dengan menggunakan spasial analisis. Untuk menyelesaikan masalah, peneliti berpendapat bahwa ada beberapa langkah yang hams dilalui yaitu a Identifikasi para penambang emas rakyat di Cisungsang b Identifikasi lokasi pengolahan emas gelundung dan tong c Pengambilan sampel di bak pengendap dan lahan pertanian sawah air, tanah, ikan, padi d Analisa sampel ke laboratorium dan ploting data merkuri dipeta e Analisis potensi sebaran merkuri yang dilakukan para penambang emas rakyat di Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten Populasi dan sampel Sampel terdiri atas penambang emas rakyat, limbah merkuri cair dan padat, dan lingkungan air, ikan, tanaman, padi dari lahan pertanian sawah. Penambang emas rakyat adalah penambang emas rakyat yang berada di kawasan Cisungsang dan sekitarnya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak — Banten. Limbah merkuri adalah limbah padat dan limbah cair yang mengandung merkuri pada bak penampung yang berada di kawasan Cisungsang dan sekitarnya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak — Banten. Lahan pertanian sawah adalah lahan pertanian sawah yang berada di kawasan Cisungsang dan sekitarnya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak —Banten. Sampel-sampel lingkungan maupun sampel limbah yang diambil termasuk jenis sampel sesaat/grab sample Effendi, 2003. Jumlah sampel tanah yang diperlukan menurut standar pengambilan sampel lingkungan adalah 1-2 kg Suganda et al., 2006. Menurut Hadi 2005 bahwa pengambilan sampel tanah dengan cara acak sederhana cocok untuk lahan perkebunan, persawahan, dan lain-lain dengan asumsi cenderung homogen dan variabilitas komposisi kimiawi tanahnya rendah. Analisis Data Analisa data yang dilakukan adalah analisis spasial dan analisis kuantitatif. Analisis spasial dengan ploting data kandungan merkuri di peta Bakosurtanal overlay dengan peta tata guna lahan dengan menggunakan perangkat lunak Arc GIS 10. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data primer yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran. Peneliti mengolah dan menyajikan dalam bentuk deskriptif, menggunakan analisis univariat, dan bivariat untuk membuat korelasi penambang emas rakyat dengan kadar Hg di lahan pertanian sawah yang digunakan sebagai kolam penampung limbah merkuri/tailing oleh penambang. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari hingga April 2015. HASIL Karakteristik penambang Berdasarkan data yang tercatat di Kantor Desa, ada 105 jiwa yang berwiraswasta, 3 diantaranya penambang sekaligus pemilik gelundung. Peneliti hanya berhasil menemui 61 responden pemilik gelundung dan 2 orang pemilik tong. Sebagian besar responden 85,71 % adalah 197 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 laki-laki dan 14,29% adalah perempuan Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Kategori Persen Jumlah % Jumlah orang - . - Jenis Kelamin Laki-laki 63 54 85,71 Perempuan 9 14,29 Umur 16-54 tahun 59 93,65 >55 tahun 4 6,35 Pendidikan Tidak sekolah 4 6,35 SD 39 61,90 SMP 11 17,46 SMA 8 12,70 Sarjana 2 3,17 Penggunaan merkuri Secara umum penggunaan merkuri di Desa Cisungsang termasuk besar hingga mencapai 73 kg dalam satu kali pengolahan. Merkuri minimum yang digunakan per gelundung adalah 100 gram Tabel 2. Penggunaan merkuri biasanya disesuaikan dengan potensi emas yang berada dalam batuan yang mereka dapatkan. Jika potensinya cukup bagus, maka merkuri yang digunakan dapat melebihi 200 gram/gelundung. Penggunaan merkuri paling tinggi terjadi di Poboya yakni 500 cc per tromol/gelundung Zulfikah et al., 2014. Tabel 2. Tabel penggunaan merkuri Jumlah Banyak Total Penggunaan Gelundun Merkuri/ merkuri Jumlah g gelundung Gelundung x Banyak merkuril 730 100 gram 73000 gram Penambang di Cisungsang memiliki gelundung antara 5-40 buah dan total gelundung yang berada di Cisungsang adalah 730 gelundung. Jika penggunaan merkuri pergelundung minimal 100 gram, maka untuk sekali pengolahan, para penambang membutuhkan 73 kg merkuri. Biasanya penggunaan merkuri juga berdasarkan asal batuan. Batuan penghasil 198 emas dipasok dari daerah Pasir Gombong, Cikidang, dan Ciomas. Battan yang paling bagus untuk kadar emasnya berasal dari Pasir Gombong. Semakin bagus kadar emasnya, pemakaian merkuri semakin tinggi. Kualitas limbah Kualitas limbah cair Tabel 3 pada bak penampung memiliki konsentrasi merkuri terendah 0,083 ppm dan konsentrasi tertinggi 0,265 ppm. Hal ini berarti, limbah cair yang terdapat dalam bak penampung memiliki konsentrasi jauh lebih tinggi dari yang diperbolehkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Sedangkan limbah cair pada inlet tong memiliki konsentrasi merkuri 0,0019 yang masih berada dibawah ambang batas baku mutu limbah yakni 0,005 ppm. Tabel 3. Kualitas limbah cair Keterangan Konsentrasi Merkuri pada Limbah Cair Minimum 0,00190 Maksimum 0,26500 Rata-Rata 0,15219 Median 0,17100 Jumlah 15 Limbah merkuri yang diambil berupa sedimen. Limbah ini diambil dari 2 jenis pengolahan emas, yakni gelundung dan tong. Jumlah bak penampung yang sudah disurvei sebanyak 70 lokasi, sedangkan pengolahan emas dengan menggunakan tong tidak memiliki bak penampung. Lokasi pengambilaan sampel limbah padat dari bak penampung diambil dari 7 lokasi dan 1 sampel limbah padat dari lokasi tong. Total sampel limbah padat berjumlah 13 sampel. Limbah padat atau tailing Tabel 4 pada penampung memiliki konsentrasi merkuri 0,304-0,407 ppm. Limbah padat pada bak penampung sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 mengenai Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah untuk Penentuan Karakteristik Sifat Racun sebesar 0,01 ppm. Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Tabel 4. Kualitas limbah padat Keterangan Konsentrasi Merkuri pada Limbah Padat Minimum 0,30400 Maksimum 0,40700 Rata-Rata 0,36285 Median 0,37700 Jumlah Sampel 13 Besar konsentrasi merkuri pada bak penampung memiliki hubungan yang kuat dengan penggunaan merkuri. Uji hipotesis dengan statistik menunjukan bahwa nilai r = 0,791 berarti memiliki korelasi sangat kuat. Semakin banyak merkuri yang digunakan dalam pengolahan emas pada gelundung, maka semakin tinggi konsentrasi limbah merkuri pada bak penampung. Hal ini juga terjadi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiabudi 2006 bahwa kenaikan konsentrasi merkuri yang sangat tinggi berhubungan erat dengan pemakaian merkuri dalam proses penggilingan bijih dengan menggunakan alat gelundung. Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel ikan koordinat 657567, 9248255, elv 715 Kolam ikan hanya disekat oleh tumpukan tailing yang dibungkus oleh karung-karung beras. Jarak antara bak penampung limbah dengan lahan pertanian sawah atau kolam ikan antara 0,30-2,00 m Gambar 2 Tumbuhan atau sayuran juga banyak yang tumbuh dekat dengan bak penampung. Padahal tumbuhan atau sayuran tersebut dikonsumsi oleh masyarakat Cisungsang. Konsentrasi merkuri di lingkungan Konsentrasi merkuri di lingkungan termasuk tinggi. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam tanaman yakni bayam sebesar 4,61 ppm, ikan 1,66 ppm dan tanah 0,0127 ppm. Konsentrasi merkuri pada ikan dan sayuran sudah melebihi baku mutu, sedangkan pada air sebesar 0,0008 dan masih di bawah baku mutu Tabel 5. 199 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 Tabel 5. Konsentrasi merkuri di lingkungan Media Konsentrasi merkuri tertinggi ppm Nilai Baku mutu Regulasi Sayuran 4,61 0,03 ppm BPOM Ikan segar 1,66 0,5 ppm BPOM Tanah 0,0127 0,02-0,625 ppb WHO, 1989 Air 0,0008 0,005 ppm PP No. 20 Tahun 1990 Biji-bijian 0,002 0,05 ppm BPOM Hasil uji laboratorium Tabel 5 pada sampel air menunjukkan konsentrasi tertinggi sebesar 0,0008 ppm. Angka tersebut masih berada di bawah nilai yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990, yakni 0,005 ppm kandungan merkuri yang diperbolehkan dalam air. Hal ini berarti kandungan merkuri pada air masih aman dan masih bisa dipakai masyarakat untuk mengairi sawahnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di daerah Pongkor oleh beberapa peneliti Tabel 6 dapat dilihat perbandingan keberadaan merkuri di lingkungan Peneliti membandingkan dengan wilayah pertambangan emas rakyat yang menggunakan merkuri dalam pengolahan emas. Tabel 6. Kadar merkuri pada berbagai jenis contoh di lokasi penelitian, Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2001-2012 Jenis Contoh Kisaran ppm standar Lokasi Air sungai 6-220 0,001 ppm Pongkor Juliawan, 2012 Sedimen areal persawahan 7,73-22,68 0,02-0,625 ppb Pongkor Rahmansyah et a/.,2009 Ikan 0,16-0,24 0,5 ppm Pongkor Halimah et al, 2001 Sayuran 0,04 0,03 ppm Pongkor Widowati, 2008 Beras 0,25-0,45 0,05 ppm Pongkor Widowati, 2008 Hasil penelitian Potensi sebaran merkuri Dalam penelitian ini, pola sebaran merkuri dengan metode spasial dilakukan dengan mempertimbangkan aspek topografi dan curah hujan. Topografi di daerah ini memiliki kemiringan hingga 35% dan data curah hujan yang cukup tinggi yakni hingga 4000 mm/tahun Sawitri et al., 2010 , maka merkuri relatif cepat terbawa arus hujan ditambah kondisi bak penampung yang terbuka. Potensi sebaran merkuri dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. 200 PETAI POTEMSISFHARI. MERMAN MAMAS PENCOUNAN OMB. TWA PAINA, WET WON PkilIMAN PHAN KC...00M CIIIESE11,1411UKIEN TES. astPeTt3. mpdvid Lnr41040 PerenPai.. ryelhel WIDE% MAP Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Gambar 3. Peta potensi sebaran merkuri pada Lingkungan di Desa Cisungsang sumber BIG, 2015, modified soot HAIN mt.x..454146 ;Ion r51119- lrmMtmrn rvOn0,,•lhouir Gambar 4. Penampang potensi sebaran merkuri di Daerah Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Potensi penyebaran limbah merkuri di Desa Cisungsang akan makin meluas mengikuti pola penyebaran pemukiman, karena penambang mengolah emas di rumah masing- masing. Limbah hanya ditampung pada bak penampung tanpa atap, maka sebaran merkuri di lingkungan makin menyebar ke areal persawahan, dan konsentrasi merkuri semakin tinggi. PEMBAHASAN Sebagian besar penambang adalah mereka dengan mata pencaharian sebagai petani. Umumnya pengolahan emas di Desa Cisungsang berada disamping rumah para penambang, yakni di lahan pertanian sawah atau kolam ikan. Lahan pertanian sawah atau kolam ikan di daerah ini tidak terpisah dengan pemukiman. Keberadaan bak penampung dan lahan pertanian sawah atau kolam ikan sangat dekat Gambar 1, sehingga sangat berisiko terjadi pencemaran 201 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 pada air, sedimen, tanaman dan ikan yang berada dalam lahan tersebut. Jika dilihat sebagian besar tingkat pendidikan adalah SD 61,90%, maka diasumsikan pengetahuan mengenai bahaya merkuri masih rendah. Dikhawatirkan para penambang masih belum faham mengenai penggunaan merkuri untuk pengolahan emas dalam gelundung. Hal ini dibuktikan dengan konsentrasi limbah yang cukup besar di bak penampungan. Menurut Zulkifli 2013, penambangan emas telah menyebabkan peralihan pekerjaan masyarakat menjadi penambang, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda ekonomi terhadap kegiatan lainnya. Hal ini terjadi juga pada masyarakat di Kecamatan Cibeber yang berpindah profesi seperti dari petani menjadi penambang emas di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Para penambang menggunakan bak penampungan limbah merkuri dekat dengan pemukiman dan lahan pertanian sawah. Lahan pertanian yang dijadikan bak penampung dapat mengalami pencemaran. Menurut Hidayati et al. 2006, tumbuhan yang tumbuh pada bak penampung cenderung tinggi terhadap akumulasi merkuri pada akar. Bayam berdaun dun adalah termasuk tumbuhan hiperakumulator terhadap merkuri Irsyad et al., 2014. Tidak hanya bayam, talas juga memiliki daya akumulasi yang tinggi terhadap merkuri Rahmansyah et a/.,2009. Menurut Subowo et al. 1999, adanya limbah B3 dalam lahan pertanian dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Pencemaran merkuri ke lingkungan pada saat amalgamisasi dan pemijaran emas amalgam dalam proses penambangan emas, akan mengkontaminasi cumber air minum dan ikan yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar tambang Inswiasri dan Martono, 2007. Pembuangan tailing yang berasal dari proses amalgamasi bijih emas, memungkinkan limbah merkuri tersebar di sekitar wilayah penambangan dan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan oleh merkuri organik atau anorganik. Hal ini terjadi terutama di wilayah-wilayah tropis, karena tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia yang akan menunjang percepatan 202 mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun Herman, 2006. Hasil penelitian uji petik geologi medic mengindikasikan bahwa paparan merkuri tidak hanya pada media air dan tanah, tetapi juga pada biomarker seperti tanaman pangan, sayuran dan rambut, rata-rata masih di bawah baku mutu, namun demikian pada ikan dan urin sudah ada yang melebihi nilai baku mutu Agung dan Hutamadi,2012. Tahun 1995 terdeteksi kandungan merkuri di atas ambang batas pada hati ikan kerong-kerong teraponjarbua yaitu 9,1 mg/g Wurdiyanto, 2007 atau senilai 18 kali lebih tinggi dari panduan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, 1990. Hal serupa juga dialami penambang emas di Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas, dengan rata-rata kadar merkuri di rambut µ g/g Lestarisa, 2010, nilai tersebut telah melebihi kadar merkuri normal dalam rambut yaitu 1-2 mg/kg menurut WHO 1990. Menurut Kitong et al. 2013, semakin dekat jarak dari lokasi penambangan maka semakin tinggi pula konsentrasi merkuri dibandingkan dengan lokasi yang berada jauh dari lokasi pertambangan. Merkuri dan turunannya sangat beracun. Jika merkuri masuk dalam lingkungan perairan akan merugikan manusia, karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Pencemaran perairan oleh merkuri sangat mempengaruhi ekosistem setempat, karena sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terakumulasi dalam tubuh organisme yaitu melalui rantai makanan. Menurut WHO 1989, merkuri di alam umumnya berbentuk metil merkuri yaitu bentuk senyawa organik dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Merkuri yang dapat diakumulasi adalah metil merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh ikan dan dapat betacun bagi manusia. Phytoplankton dan bakteri dapat melakukan transfer dan transformasi merkuri, karena kedua organisme tersebut relatif mendominasi perairan dan sea grass. Bakteri dapat merubah merkuri menjadi metil merkuri, dan membebaskan merkuri dari sedimen. Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Kegiatan pengolahan limbah merkuri di Daerah Cisungsang memiliki kesamaan dengan tempat-tempat lain di Indonesia, seperti di Kecamatan Sumulata dan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara. Konsentrasi merkuri dalam tailing Desa Sumulata 4,35-23,85 ppm dan di Desa Ilangata 27,33-35,25 ppm Mahmud et al., 2014. Melihat dari pola persebaran tempat gelundung di daerah penelitian, maka peneliti perlu mengetahui konsentrasi merkuri dalam limbah cair dan padat dalam bak penampung dan mengetahui merkuri yang digunakan dalam gelundung. Kadar emas yang didapat oleh para penambang emas rakyat antara 0,2-3 gram dalam sekali pengolahan. Kadar tersebut belum murni emas, masih terdapat campuran perak. Menurut para penambang, kadar emas yang paling bagus terdapat pada batuan yang berasal dari Pasir Gombong dan Cikidang. Ketika PT Antam masih beroperasi, blok ini sudah menghasilkan ton emas Badan Geologi, 2013. Jika ingin mendapatkan emas murni, maka para penambang hams menggunakan pembakaran. Proses pembakaran ini juga menimbulkan uap merkuri ke udara, proses pembakaran umumnya di tempat terbuka. Peneliti berpendapat bahwa uap merkuri yang ditimbulkan pada saat pembakaran berisiko mencemari lingkungan. Satu kali pengolahan memakan waktu 7-8 jam dengan rata-rata jumlah gelundung 10 buah. Merkuri yang ditambahkan dalam satu gelundung adalah 100 gram, jadi sekali pengolahan membutuhkan 1 kg merkuri. Harga merkuri diasumsikan 150 ribu/kilo, maka biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan adalah 150 ribu belum ditambah biaya listrik dan biaya bahan bakar minyak ke tempat tambang. Emas yang dijual ke pengepul berkisar 200-300 ribu/gram emas tidak murni. Emas yang didapat dengan harga pengolahan tidak terlalu menguntungkan. Peneliti melihat, kegiatan pengolahan ini juga sebagai kegiatan sampingan oleh para penambang disela menunggu musim panen tiba. Para penambang juga mengkonsumsi ikan jenis mujair, emas, nila dan lele dari kolam ikan yang dekat dengan bak penampung limbah. Ikan ini juga mereka jual ke masyarakat Cisungsang sendiri. Namun untuk air minum, para penambang mengkonsumsi air dari mata air yang tidak tercemar merkuri. Sampel ikan diambil dari kolam ikan yang hanya disekat oleh sak tailing. Konsentrasi merkuri yang ada pada ikan, nilai tertinggi sebesar 1,66 ppm Purnama et al., 2015. Dengan mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan POM No .3725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan yang diperbolehkan pada ikan adalah sebesar 0,5 ppm. Hal ini berarti rata-rata konsentrasi merkuri pada ikan telah melebihi kadar yang diperbolehkan. Peneliti berpendapat bahwa ikan tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat. Selain ikan yang dijadikan bahan konsumsi, masyarakat Cisungsang juga mengkonsumsi sayuran misalnya bayam dan talas. Bayam dan talas ini diambil dekat dengan bak penampung, sehingga kemungkinan besar bisa tercemar merkuri. Batas maksimum merkuri yang diperbolehkan untuk sayuran oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, No sebesar 0,03 ppm. Hasil uji laboratorium pada sayuran menunjukkan konsentrasi merkuri terbesar ada pada bayam dengan nilai 4,61 ppm. Hal ini berarti konsentrasi merkuri yang terdapat pada bayam 154 kali lipat lebih tinggi yang ditetapkan oleh BPOM. Peneliti beranggapan bahwa sayur bayam memiliki daya akumulator yang paling tinggi pada merkuri. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irsyad et al., 2014 juga dikatakan bahwa bayam merupakan tumbuhan hiperakumulator terhadap merkuri. Padi yang ditanam di areal pesawahan memiliki risiko tercemar. Hasil uji laboratorium pada padi menunjukkan konsentrasi merkuri sebesar 0,002 ppm. Angka tersebut masih dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, No. sebesar 0,05 ppm. Peneliti berpendapat bahwa beras daerah Cisungsang juga masih aman untuk dikonsumsi masyarakat. 203 Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 3, September 2015 195 — 205 Peneliti menyadari juga bahwa Sungai Cikidang juga berpotensi tercemar oleh merkuri, tetapi peneliti tidak meneliti sampai sejauh itu, maka perlu penelitian lanjutan mengenai konsentrasi merkuri pada Sungai Cikidang sebagai anak sungai DAS Cibareno. Daerah ini dikenal dengan lumbung padi, artinya pangan utama mereka hams terhindar dari berbagai hal yang bisa merusak basil panen. Hasil panen yang didapat mencapai 3,5 ton/ha. Beras dan hasil panen ini, umumnya mereka konsumsi sendiri yang disimpan dalam lumbung hingga panen berikutnya Menurut Edi 2015, irigasi ini mengairi 475 ha sawah dan total 530 ha sawah, sisanya dialiri oleh mata air. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsentrasi merkuri rata-rata pada limbah cair 0,152 ppm dan limbah padat 0,363 ppm, nilai ini sudah melebihi baku mutu limbah. Pengelolaan limbah merkuri yang buruk di Desa Cisungsang mempengaruhi kualitas limbah di bak penampungan limbah dan mencemari lingkungan. Hasil pemeriksaan sampel lingkungan menunjukkan konsentrasi merkuri pada sampel bayam sebesar 4,61 ppm, ikan 1,66 ppm, dan tanah 0,0127 ppm. Potensi sebaran merkuri dilingkungan dipengaruhi oleh curah hujan tinggi 4000 mm/tahun, kemiringan topografi 35%, dan kondisi bak penampungan tidak tertutup. Pola sebaran mengikuti lokasi pemukiman sehingga aliran limbah merkuri yang terbuang akan mencemari persawahan yang letaknya lebih rendah dari tempat proses tambang emas rakyat tersebut. Saran Melihat pola sebaran limbah merkuril tailing pertambangan emas rakyat tidak sepenuhnya aman buat lingkungan, maka peneliti menyarankan beberapa alternatif untuk pengelolaan limbah ini. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Lebak perlu mengawasi dengan serius dalam pengelolaan limbah merkuri. Pengolahan emas sebaiknya terintegrasi, mengingat 204 sebaran tempat gelundung yang sudah luas. Disarankan pula agar tidak ada sebaran di tempat yang lebih tinggi. Seharusnya para penambang dapat mengurangi penggunaan merkuri dalam pengolahan emas, agar merkuri di lingkungan tidak tinggi. Pembuatan bak penampung tidak hanya 2, tetapi 4 bak pengendap dan dibuat tempat penimbunan seperti yang sudah diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 23 tahun 2008. Pada saat melakukan pengolahan emas, sebaiknya para penambang menggunakan alat pelindung diri bempa masker, sarong tangan latex, dan lain-lain, agar tidak terpapar merkuri. Masyarakat sebaiknya mencuci ikan dan sayur yang akan dikonsumsi dicuci dengan asam cuka. Kemudian tidak mengizinkan tanah atau sawahnya dijadikan tempat pengolahan emas maupun tempat pembuangan tailing. Perlu ada penelitian lanjutan untuk mengetahui distribusi pencemaran merkuri di DAS Cibareno, mengingat sepanjang sungai tersebut ditempati oleh masyarakat yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Perlu dilakukan kajian ekonomi lingkungan, mengingat cemaran merkuri yang ditimbulkan pada lingkungan cukup besar, dibandingkan dengan hasil yang didapatkan oleh para penambang, guna menuju pertambangan emas rakyat yang mampan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Haruki Agustina yang telah menyediakan waktu untuk menyempurnakan basil penelitian ini dan teman seperjuangan Mutiara Soprima, yang selalu memberikan dorongan dalam mengerjakan penelitian. Tidak lupa juga kepada Bapak Tri Edhi Budhi Soesilo, yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis. DAFTAR PUSTAKA Agung, L. Novalia. dan Hutamadi, R. 2012. Paparan Pertambangan Emas Rakyat Cisoka, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Potensi sebaran limbah merkuri...Helmi SRP, Hasroel T, Inswiasri Suatu Tinjauan Geologi Medis. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 3-2012. Badan Geologi. 2013. Mineral Strategis di Kabupaten/Kota. eraca-mineral mode = administrasi, diakses tanggal 14 Juni 2015. Edi, M. 2015, April 9. Personal Inteview Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Periran. Yogyakarta Kanisius. Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Halimah, S., Darmaerius, Nety, Asrul. 2001. Pencemaran Merkuri di Sungai Cikaniki Akibat Penambangan Emas Tradisional Di Kawasan Gunung Pongkor Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan, Oktober 2001. Herman, 2006. Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen As, Merkuri Merkuri, Timbal Pb, dan Kadmium Cd dari Sisa Pengolahan Bijih Logam. Jumal Geologi Indonesia Maret 2006;31-36. Hidayati, N., Syarif, F., dan Juhaeti,T. 2006. Potensi Centrocemapubescence, Calopogonium mucunoides, dan Micania cordata dalam Membersihkan Logam Kontaminan pada Limbah Penambangan Emas. Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UPI. Inswiasri, Martono, H. 2007. Kajian Pencemaran Di Wilayah Tambang Emas Rakyat. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007. Irsyad, M., Sikanna, R., Musafira. 2014. Translokasi merkuri pada daun tanaman bayam Duni Amaranthus Spinosus Dari Tanah Tercemar. Online Jurnal of Natural Science, 17. Juliawan, N. 2012. Pendataan Penyebaran Merkuri pada Wilayah Pertambangan di Daerah Pongkor, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Badan Geologi. com_content&view=article&id=453 pendataa n-penyebaran-merkuri-pada-wilayahpertam bangan-di-daerah pongkor&catid=52content-menu-utama&Itemid=458, diakses tanggal 14 Juni 2015. Kitong, Abidjulu, J. Koleangan, H. 2013. Analisis Merkuri Hg dan Arsen As di Sedimen Sungai Ranoyapo Kecamatan Amurang Sulawesi Utara. Jumal Mipa Unsrat Online 11,16-19. Lestarisa, T. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri Merkuri Pada Penambang Emas Tanpa Izin PETI Di Kecamatan Kurun, Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Semarang Magister Kesehatan Lingkungan, Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Mahmud, M., Lihawa, F., Iyabu, H., dan Sakakibara, M. 2014. Kajian Pencemaran Merkuri Terahadap Lingkungan Dikabupaten Gorontalo Utara. Gorontalo Universitas Negeri Gorontalo. - Purnama, D., Yulianto, K., Ibrahim, Parwoto, Hutabarat, A. Dopri. 2015.Laporan Basil Investigasi Dugaan Intoksikasi Merkuri Di Wilayah Kasepuhan Cisitu, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Labak, Provinsi Banten. Jakarta BBTKLPP. Rahmansyah, M., Hidayati, N., Juhaeti, T. 2009. Tumbuhan Akumulator Untuk Fitoremediasi Lingkungan Tercemar Merkuri dan Sianida Penambangan Emas. Cibinong Sawitri, R., Subiandono, E. 2010. Karakteristik dan Persepsi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Subowo, Mulyadi, S. Widodo, dan Nugraha, A. 1999. Status dan penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding Bidang Kimia dan dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor. Suganda, H., Rachman, A., Sutono. 2006. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Widowati. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta CV. Andi. Wurdiyanto, G. 2007. Merkuri, Bahayanya dan Pengukurannya. Buletin Alara, Volume 9, Nomor 1 dan 2. World Commission on Evironment dan Development 1987. Our Common Future.WCED. World Health Organization, 1990. Environmental Health Criteria 101; Methyl- Mercury, IPCS, Geneva. Zulfikah, Basir, M., Isrun. 2014 Konsentrasi Merkuri Hg dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Kangkung ipomea reptans yang diberi Bokashi Kirinyu Chromolaena ordota L. pada Limbah Tailing Penambangan Emas Poboya Kota Palu. 2 6 587-595, Desember 2014. Zulkifli. 2013. Analisis Dampak Ekonomi, Sosia Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas Di Kecamatan Sawang Aceh Selatan. Jumal Ekonomika Universitas Almuslim Bireun-Aceh, Vol. 1No. 7 Maret 2013. 205 ... Dugaan ini didasarkan pada tingkat pendidikan, sebagian besar para penambang memiliki pendidikan yang relative tinggi dibandingkan masyarakat Lombok Barat pada umumnya, yaitu sebagian SMP-SMA sederajat. Pernyataan ini diperkuat oleh Pamungkas et al., 2015, bahwa rendahnya pemahaman masyarakat penambang di Desa Cisungsang, Lebak, Banten tentang dampak negatif dari tambang lebih disebabkan karena pendidikann, dimana sebagian besar adalah SD 61,90%. ...The high value and economic prospects of precious metals, have not been able to cover the environmental, health and social and economic impacts. The conversion of land functions and open pit mining activities as well as the amount of sediment waste causes very significant landscape and environmental changes. This study aims to evaluate the impact of using mercury and cyanide based on the knowledge and experience of actors miners and gold processors and the surrounding community on the island of Lombok. Field data collection was carried out by triangulation, namely in-depth interviews with actors and the community, and secondary/reference data from related agencies, especially the health center and several related research results. Gold extraction on the island of Lombok uses two methods which are carried out in stages, namely Amalgamation with mercury in the shelling process and Cyanidation with Potassium Cyanide in the bagging process. The results of the study show that the negative impacts of the mining process are more due to land clearing and miner safety. The impact of gold extraction using mercury is long-term, so it is difficult to identify the impact. Meanwhile, the impact of the use of cyanide is directly felt and seen by the public, especially in terms of decreasing the presence and yield of fish caught in rivers and T KitongJemmy Abidjulu Harry S. J. KoleanganA K Merkuri ArsenPenelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi merkuri dan arsen di sedimen Sungai Ranoyapo. Pengukuran konsentrasi total merkuri menggunakan Cold Vapor-Atomic Absorption Spectrometry CV-AAS sedangkan pengukuran konsentrasi total arsen menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS. Hasil yang diperoleh menunjukkan konsentrasi total merkuri di sedimen sungai yang diambil dari Desa Lompad, Desa Picuan, Desa karimbow I, Desa Karimbow II dan muara Sungai Ranoyapo berturut-turut yaitu 0,05 ppm, 0,05 ppm, 1,3 ppm, 0,18 ppm dan 0,05 ppm. Konsentrasi total arsen di sedimen sungai yang diambil dari Desa Lompad, Desa Picuan, Desa Karimbow I, Desa Karimbow II dan muara Sungai Ranoyapo berturut-turut yaitu 3 ppm, 2 ppm, 100 ppm, 2 ppm dan 1 ppm. Konsentrasi total merkuri dan arsen tertinggi adalah di Desa Karimbow I yang merupakan daerah pertambangan emas Z ULKIFLI HERMANSARI Ketika tailing dari suatu kegiatan pertambangan dibuang di dataran atau badan air, limbah unsur pencemar kemungkinan tersebar di sekitar wilayah tersebut dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahaya pencemaran lingkungan oleh arsen As, merkuri Hg, timbal Pb, dan kadmium Cd mungkin terbentuk jika tailing mengandung unsur-unsur tersebut tidak ditangani secara tepat. Terutama di wilayah- wilayah tropis, tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia akan menunjang percepatan mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun. Salah satu akibat yang merugikan dari arsen bagi kehidupan manusia adalah apabila air minum mengandung unsur tersebut melebihi nilai ambang batas; dengan gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel. Tailing yang berasal dari proses amalgamasi bijih emas memungkinkan limbah merkuri tersebar di sekitar wilayah penambangan dan dapat membentuk pencemaran lingkungan oleh merkuri organik atau anorganik. Pencemaran akan semakin membahayakan kesehatan manusia apabila unsur merkuri dalam badan air berubah secara biokimia menjadi senyawa metil-merkuri. Terdapat beraneka jenis mekanisma oleh mikro-organisma yang dapat membentuk spesies metil-merkuri bersifat racun, terutama apabila dimakan oleh ikan. Pengaruh organik merkuri terhadap kesehatan manusia termasuk hambatan jalan darah ke otak dan gangguan metabolisma dari sistem syaraf. Sedangkan pengaruh racun merkuri nonorganik adalah kerusakan fungsi ginjal dan hati di dalam tubuh manusia. Kebanyakan kegiatan pertambangan logam dasar melakukan pembuangan tailing dengan kandungan timbal yang signifikan. Timbal adalah unsur yang bersifat racun kumulatif. Penyerapan unsur yang melebihi nilai ambang batas oleh tubuh manusia akan mengikat secara kuat sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA. Hal ini akan mengarah kepada kerusakan saluran metabolik, hipertensi darah, hiperaktif, dan kerusakan otak. Masalah kadmium timbul dari suatu kegiatan pertambangan dan peleburan bijih timbal-seng, dimana pencemaran lingkungan disebabkan oleh tailing mengandung kadmium, dengan penambahan pencemaran oleh asap dan partikel mengandung kadmium. Pengaruh racun kadmium pada kesehatan manusia berupa penyakit lumbago, kerusakan tulang dengan keretakan karena melunaknya tulang dan kegagalan ginjal. ABSTRACT When tailing of a mining activity is discharged into either landscape or river body, the pollutan element wastes are possible to disperse within those areas and may cause pollution on environment. The environment pollution hazards of arsenic As, mercury Hg, lead Pb and cadmium Cd probably occurred if tailing with the content of those elements is not handled properly. Particularly in the tropical regions, higher rates of chemical weathering and bio-chemical activity will contribute a rapid mobilization of the most potentially toxic Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Widowati Efek Toksik LogamPetunjuk PengambilanContoh TanahPetunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Widowati. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta CV. Bahayanya dan PengukurannyaG WurdiyantoWurdiyanto, G. 2007. Merkuri, Bahayanya dan Pengukurannya. Buletin Alara, Volume 9, Nomor 1 dan Dampak Ekonomi, Sosia Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas Di Kecamatan Sawang Aceh SelatanZulkifliZulkifli. 2013. Analisis Dampak Ekonomi, Sosia Budaya dan Kesehatan Masyarakat Akibat Penambangan Emas Di Kecamatan Sawang Aceh Selatan. Jumal Ekonomika Universitas Almuslim Bireun-Aceh, Vol. 1No. 7 Maret dan penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan RayaMulyadi SubowoS WidodoA NugrahaSubowo, Mulyadi, S. Widodo, dan Nugraha, A. 1999. Status dan penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida Pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding Bidang Kimia dan dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Merkuri Hg dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Kangkung ipomea reptans yang diberi Bokashi Kirinyu Chromolaena ordota L. pada Limbah Tailing Penambangan Emas Poboya Kota PaluZulfikahM BasirIsrunZulfikah, Basir, M., Isrun. 2014 Konsentrasi Merkuri Hg dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Kangkung ipomea reptans yang diberi Bokashi Kirinyu Chromolaena ordota L. pada Limbah Tailing Penambangan Emas Poboya Kota Palu. 2 6 587-595, Desember 2014.1 Eksplorasi emas Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya, akan tetapi masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan dan pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi, amalgamasi, dan peleburan.Leaching Sianida adalah proses pelarutanApa Itu Limbah Cair TambangPada kegiatan pertambangan, istilah limbah cair tambang tidak dapat terelakkan, karena sering sekali disebut sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Akan tetapi, tidak semua orang mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan limbah cair tambang tersebut. Padahal limbah cair tidak hanya dihasilkan oleh sektor pertambangan saja, tetapi juga industri lain yang melibatkan proses produksi dengan hasil akhir yang harus memahami lebih lanjut tentang limbah cair tambang, maka informasi pada artikel berikut ini penting untuk Anda ketahui. Berikut adalah penjelasan selengkapnya!Pengertian dan Bahaya Limbah Cair TambangPerlu Anda ketahui, sesuai dengan namanya, limbah cair tambang merupakan salah satu jenis limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan yang dibuang ke lingkungan. Limbah ini dihasilkan dari proses penambangan, penimbunan di stockpile, hingga dari proses pencucian material pertambangan yang mengandung logam berat atau zat material tambang yang diduga turut berpengaruh pada rusaknya pada penambangan emas, batu bara, emas dan juga perak, terdapat kegiatan yang memerlukan logam seperti merkuri atau cairan raksa yang digunakan untuk memisahkan logam emas dari batu-batuan, pasir, dan juga tanah. Hasil akhir dari kegiatan pertambangan tersebut menghasilkan limbah logam berat cair yang tidak dapat dibuang langsung pada badan air dan memerlukan pengolahan limbah terlebih tidak ditangani dengan tepat, maka wilayah atau kawasan yang menerima limpahan limbah cair tambang yang cukup banyak dapat terpengaruh. Dampak negatifnya pun dapat dirasakan oleh ekosistem dan lingkungan tersebut. Selain itu, keberadaan limbah cair tambang juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan manusia yang tinggal di sekitar wilayah pertambangan, sehingga baku mutu buangan air limbah perlu benar-benar Limbah Tambang yang Perlu Anda KetahuiSelain mengenal tentang pengertian limbah cair tambang, Anda juga perlu mengetahui bahwa limbah cair yang berasal dari kegiatan pertambangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, antara lainAir tambangAir tambang merupakan jenis limbah cair tambang yang dihasilkan dengan beberapa cara tergantung dari aktivitas pertambangan. Tingkat kontaminasi limbah pun dapat bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Meskipun banyak jenis aktivitas yang dapat menghasilkan air tambang, tetapi bahaya yang dihasilkan tetap sama, yaitu pencemaran Anda ketahui, biasanya limbah cair tambang memiliki kandungan asam yang tinggi, sehingga mencemari sumber air setempat melalui proses yang dikenal dengan sebut Asam Tambang Drainase’ AMD atau Acid Rock Drainage ARD, yang dapat tercipta ketika air mengalir pada bagian atas material dengan kandungan sulfida dan membentuk larutan karena itu, air yang terdapat di sekitar kawasan pertambangam harus dipantau dengan teliti. Selain itu, strategi pengolahan limbah yang digunakan tidak hanya harus mengurangi jumlah air tambang yang dihasilkan, tetapi juga dapat mengolah jenis limbah cair ini sebelum dilepaskan kembali ke badan Treatment SludgeBerbeda dengan air tambang, water treatment sludge merupakan jenis limbah cair tambang yang dihasilkan dari sisa lumpur akibat proses pertambangan. Kandungan asam yang terdapat di dalamnya memang sedikit mirip dengan air tambang, tetapi ada kandungan tambahan yang tidak kalah berbahaya bagi lingkungan, seperti zat kimia dan bahan padat sisa pengolahan material karena itu, adanya zat tambahan tersebut membuat limbah cair tambang yang dihasilkan lebih kental dan harus dipompa keluar dari wilayah pertambangan. Bahkan dalam beberapa kasus, water treatment sludge juga mengandung zat radioaktif yang tidak hanya merusak lingkungan, tapi memiliki efek jangka panjang bagi manusia dan makhluk hidup Mengatasi Limbah Cair TambangPerlu Anda pahami bahwa tidak semua limbah cair tambang itu berbahaya. Limbah yang berbahaya adalah limbah yang tidak melalui proses pengolahan air limbah terlebih dahulu dan langsung dibuang melalui saluran pembuangan. Solusinya cukup mudah, yaitu dengan menghadirkan water treatment plant yang dapat menghilangkan zat berbahaya di dalam limbah cair sebelum akhirnya adanya water treatment, Anda dapat mendapatkan air limbah buangan yang telah sesuai dengan standar baku mutu dan memisahkannya dari kontaminan. Dengan begitu, limbah cair tersebut lebih bersih dan aman untuk Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang solusi water treatment plant dan masih kebingungan tentang proses pemasangannya, Adika Tirta Daya juga siap membantu Anda. Dengan pengalaman bertahun-tahun dalam pemasangan water treatment plant dan dipercaya oleh banyak perusahaan dari berbagai industri, Adika Tirta Daya merupakan vendor instalasi water treatment plant yang dapat informasi selengkapnya mengenai solusi yang dimiliki Adika Tirta Daya, Anda dapat menghubungi tim marketing kami sekarang juga! Pradana
Akibatnyalimbah buangan tambang menyebabkan sungai sarana pembuangan limbah cair berwarna keruh. Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batubara tetap memperhatikan kualitas limbah tambangnya dengan membuat water treatment dan pengunaan bahan penjernih air hingga limbah buangan aman bagi masyarakat dan lingkungan. 4.1.2.. 162 162 427 122 239 350 238 456