JAKARTA Nama Kang Ibing telah menjadi legenda di dunia lawak Indonesia. Pemilik nama asli Raden Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata ini adalah pelawak terkenal era 1970-an asal Tanah Pasundan. Sebagai seorang pelawak, Kang Ibing tergabung dalam grup lawak Aom Kusman dan Suryana Fattah.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Dl1FO77Uc7zN8Zilc3Fpc5ZHdLfS1nXAMV9Yiou-bv-D-R0BZNhH3A==
Sunda kang ibing kungsi jadi - Indonesia: ibing mana yang harus Bandung - Kang Ibing merupakan salah satu tokoh Sunda yang fenomenal. Pria yang memiliki nama lengkap Raden Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata itu dikenal sebagai penyiar dan pelawak yang cerdas, dengan humor-humor segar yang mengulas mengenai perjalanan karir Kang Ibing dari balik radio hingga ke panggung ibu kota simak di sini, sesama rekan penyiar di Radio Mara juga bercerita mengenai begitu lihainya Kang Ibing membuat pendengarnya terhanyut dalam dongeng-dongeng yang kalangan para penyiar Radio Mara lainnya, Kang Ibing juga dikenal sebagai sosok yang jenaka. Kang Ibing tak canggung untuk sekedar mengobrol bersama para rekan sejawatnya, meski ia merupakan salah satu penyiar senior di radio tersebut. Tak jarang, guyonan Kang Ibing di waktu sengganggnya jika sedang tak siaran, kerap menghangatkan obrolan-obrolan kecil di kantor Radio Mara. Mulai dari cerita kesehariannya yang santai, kemudian dongeng-dongeng kesundaan, hingga obrolan berbobot yang kerap mengandung kritik terhadap pemerintahan saat itu."Kang Ibing mah bawaannya sederhana, sama siapa aja dia mah asyik ngobrolnya," kata mantan penyiar Radio Mara Candra Tanuatmadja saat ditemui detikJabar belum lama pembawaannya itulah, banyak penyiar Radio Mara yang ikut mengagumi sosok Kang Ibing. Bagi mereka Kang Ibing bukan hanya sosok rekan kerja yang bisa diajak berbagi ilmu, namun juga guru yang turut mengajarkan bagaimana cara menjadi penyiar Kang Ibing di dunia siaran pun membawa Radio Mara sejajar dengan radio-radio lain yang waktu itu mulai menyasar para generasi millenial. Tak heran, meski sudah tiga kali berpindah kantor sejak tahun 70an hingga 2000an, Radio Mara masih tetap eksis mengudara."Almarhum jago membentuk suasana, kan siaran mah kata beliau kuncinya membentuk suasana. Mau dibawa kemana nih, romantis, bodor atau serius. Beliau itu paling jago membentuk suasananya. Jadi orang tuh hanyut, pengen dengerin kata per kata. Kang Ibing mau ngomong apalagi nih, karena selalu suprise," ungkap pun masih ingat bagaimana saat Kang Ibing dengan kharismanya mulai masuk ke ruang siaran kala akan menyapa pendengar. Bagi Candra, Kang Ibing akan mudah dikenali oleh para pendengar meski ia memulainya dengan suara terdengar mustahil, tapi begitulah cara Kang Ibing memulai aktivitasnya di Radio Mara. Tapi jangan salah, setelahnya, para pendengar akan mulai terbawa hanyut oleh karakter Kang Ibing melalui cerita-cerita kesundaan yang tentunya akan makin mengocok perut pendengar lewat guyonan Kang Ibing."Karena Kang Ibing mah batuk aja, itu yang denger udah tahu kalau Kang Ibing lagi siaran. Kan waktu dulu mah enggak ada medsos kayak sekarang yah, jadi yang siaran bisa diumumin di medsos. Tapi Kang Ibing dengan karakternya udah bisa langsung dikenalin sama pendengar waktu itu tanpa harus ngomong kalau beliau lagi siaran," ujar BerdongengRadio Mara sendiri sebetulnya menamakan siaran yang dibawa Kang Ibing dengan judul Jenaka Mara. Namun, nama itu kurang populer karena para pendengar menyematkan nama lain pada program tersebut dengan nama Siaran Kang siarannya pun sederhana. Kang Ibing biasanya akan berdialog bersama tandem penyiar di Radio Mara atau bermonolog sendirian untuk membicarakan banyak hal kepada mulai kisah sederhana seperti keseharian Kang Ibing, asmara, hingga obrolan serius yang berbau kritik terhadap pemerintahan. Namun Kang Ibing membawakannya dengan begitu sederhana sehingga membuat para pendengar hanyut untuk mendengarkan siaran Kang Ibing itu."Jadi enggak klise, dongengnya enggak monoton. Kang Ibing mah sama pendengar selalu ditunggu kisahnya, dongengnya banyak, dongeng-dongeng kasundaan," tutur penyiar di Radio Mara pun mengakui kejeniusan Kang Ibing saat melakukan siaran. Sebab, Kang Ibing seolah tanpa tanpa bantuan teks apapun saat menyapa jika memang siaran Kang Ibing berkonsep rapi dan disusun lewat teks, tak ada satupun dari para penyiar Radio Mara yang bisa mengikuti gaya Kang Ibing. Karakter Kang Ibing bagi Candra, tak bisa digantikan oleh siapapun karena memiliki kharismanya sendiri saat siaran."Kang Ibing seperti tanpa konsep, tapi bahan ceritanya fokus, imajinatif. Kalaupun dicatat, belum tentu bisa lucu kalau dibacain sama orang lain. Wah pokoknya mah enggak bisa lah kalau diikutin gayanya sama orang lain," kenang faktor itulah, program Kang Ibing langsung tutup buku di Radio Mara. Setelah ditinggalkan Kang Ibing sekitar tahun 2008 yang memilih pensiun dari dunia penyiar, siaran Kang Ibing pun ditutup oleh Radio Mara meski saat itu ada penyiar lain yang punya pontensi untuk menggantikan Kang Ibing."Karena enggak akan ada yg bisa menggantikan beliau, enggak ada yang bisa. Soalnya beda kharismanya enggak bisa digantiin sama orang lain," ungkap Program Diikuti Radio LainCandra juga masih ingat, selepas Kang Ibing memutuskan pensiun, beberapa radio lokal di Bandung mulai meniru gaya siaran Kang Ibing. Tak hanya dari konsep programnya saja, pembawaan Kang Ibing juga turut ditiru di beberapa radio itu semua tak bertahan lama. Sebab bagi Candra, sosok Kang Ibing tak bisa digantikan oleh siapapun terutama di dunia siaran radio. Bahkan, Radio Mara sendiri harus menutup program yang dibawakan Kang Ibing karena tak bisa mencari sosok penggantinya waktu itu."Karena susah, enggak bakal bisa ada yang ngegantiin Kang Ibing mah," kata Candra mengakhiri perbincangan dengan perpisahan itu, tak banyak informasi tentang keseharian Kang Ibing selanjutnya. Hanya memang, Kang Ibing masih terus eksis berkesenian dengan mendalami dunia peran bersama De' Ibing lalu wafat pada 10 Agustus 2010. Kang Ibing menghembuskan napas terakhirnya setelah dirawat di salah satu rumah sakit di Bandung akibat terkena penyakit. Ia meninggalkan tiga anak yaitu Diane Fatmawati, Kusumadika Rakean Kalang Sunda dan Kusumananda Mega Septemdika. ral/yum Namun jika nama akrabnya, Kang Ibing, yang disebut, maka orang akan dengan cepat mengingatnya sebagai Si Kabayan. Kang Ibing lahir di Sumedang, 20 Juni 1946. Selama hidupnya, dirinya aktif sebagai pelawak sejak 1975 sampai 2010. Tidak sendiri, Kang Ibing sering tampil bersama kawan-kawannya Aom Kusman dan Suryana Fatah. Keaktifannya pada kesenian Sunda sering membuat guyonan-guyonannya kental dengan adat dan logat Sunda.
Indonesia BIOGRAFI KANG IBING Sang Legenda Sunda Kang Ibing adalah pelawak Indonesia yang tergabung dengan grup lawak De’Kabayan yang terdiri antara lain Aom Kusman dan Suryana Fatah. Pelawak ini juga aktif dalam kesenian Sunda dan pula pernah aktif sebagai Penyiar Radio Mara Bandung bersama Wildan Nasution. Pemilik nama lengkap R. Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata ini berasal dari pasangan R Suyatna Bin Aang – Nyi R Kusdiah Ratna Komala. Ibing ikut kakek dan neneknya tinggal di kawasan Jl Asia Afrika. Semasa kecilnya, Ibing terkenal sebagai anak nakal karena tak bisa diam. Ada saja ulah yang dilakukannya, semisal mencat kambing tetangga. Ibing yang berotak cerdas, masuk Universitas Padjadjaran, Jurusan Sastra Rusia selulus dari SMAN 4 Bandung. Ia pun terpaksa tinggal di DAMAS Daya Mahasiswa Sunda karena tak sanggup bayar uang kos. Untuk menyambung hidup, tiap jam ia pergi ke Pasar Andir dan berjualan singkong. Tak jarang, sebagian uang hasil berjualan singkong dikirim ke orangtuanya untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya. Kang Ibing pernah menjabat sebagai Ketua Kesenian Daya Mahasiswa Sunda DAMAS, Penasihat Departemen Kesenian Unpad dan pernah juga menjadi Asisten Dosen di Fakultas Sastera Unpad. Suatu hari, Ibing yang sedang bermain ke Radio Mara, melihat Aom Kusman, sahabatnya, tengah siaran Kuis Siapa Dia. Ibing pun ditawari menjadi penyiar di radio itu. Ibing tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Keesokannya, ia langsung menjadi penyiar dengan nama samaran Ibing. Respons baik pun diterimanya dari para pendengar. Gaya bicaranya yang berintonasi khas Sunda melekat dalam diri Kang Ibing yang merupakan nama bekennya. Suatu hari, Ibing dipertemukan dengan sahabatnya yang kebetulan mengajak ikut serta melawak. Ibing menolak mentah-mentah tawaran itu karena dia bercita-cita jadi tentara. Tapi karena kebutuhan hidup yang mendesak, akhirnya Ibing ikut melawak. Lambat laun ilmu melawak dikuasainya dan ia pun dikenal sebagai seniman dan pelawak grup De Kabayan’s. Sejak terkenal sebagai pelawak, Ibing mendapat tawaran main film di tahun 1975, berjudul Si Kabayan arahan Sutradara Tutty Suprapto. Pilihan Tuty jatuh ke Ibing konon tertarik saat mendengarkan gaya humornya di Radio Mara tersebut. Selain bermain film, Kang Ibing juga memerankan Bintang Iklan dari beberapa produk. Sejak itulah sosok Kabayan sangat lekat pada sosok ayah tiga anak ini. Ketika tren bergeser ke sinteron, Kang Ibing tidak tertinggal. Ia turut berperan di sinetron Kabayan Orang Beken 1992. Kang Ibing juga dikenal sebagai dai yang lumayan padat jadwalnya. masa tuanya, Kang Ibing tetap berkarya. Di harian Pikiran Rakyat, secara rutin Kang Ibing bertindak sebagai komentator di Rubrik Sepakbola Bodor, artikel yang muncul ketika musim sepakbola datang, seperti Piala Eropa dan Piala Dunia. Terakhir, Kang Ibing menulis artikel soal Belanda vs Jerman di pertandingan Piala Dunia 2010 yang bertajuk “Rele Renang Nuting Tongharcet!” plesetan dari Rek eleh rek meunang, nu penting tong dahar bancet!’, yang berarti mau menang ataupun kalah, yang penting jangan makan bancet atau kodok kecil, Red.. Di situ, antara lain ia menulis dengan gaya lawakannya yang khas, “Ada juga tim medis yang mengusulkan, agar gampang menangani kalau terjadi apa-apa, sebaiknya pertandingan final ini dilangsungkan saja di halaman rumah sakit. Usul ini juga ditolak, karena repot, pemain sepak bola pabaliut jeung nu bezoek. Kisruh dengan para pembesuk, Red.” Keasyikan bekerja, Ibing terlambat menikah. Saat berkenalan dengan Nike, anak seorang tentara berpangkat kolonel, Ibing memberanikan diri melamar. Berbuah kemampuan meyakinkan calon mertua, Ibing diterima menjadi menantu. Perbedaan usia 13 tahun dengan Nike justru menjadi semangat hidup baginya. Nike memberinya anak, Kusumadika Rakean Kalang Sunda, Kusumananda Mega Septemdika, dan Diane Fatmawati. Anehnya, Ibing malah tak ingin ketiga anaknya menjadi pelawak. Kang Ibing meninggal dunia, Kamis malam tanggal 19 Agustus 2010, sekitar pukul WIB karena mengalami pendarahan akibat terjatuh dari lantai kamar mandi rumahnya. Pukul tadi, Kang Ibing dinyatakan meninggal dunia di UGD Rumah Sakit Al Islam,” ujar Operator Rumah Sakit Al Islam Abu Agna. Beberapa Film yang pernah dibintangi oleh Kang Ibing Si Kabayan 1975 Ateng The Godfather 1976 Bang Kojak 1977 Si Kabayan dan Gadis Kota 1989 Boss Carmad 1990 Komar Si Glen Kemon Mudik 1990 Warisan Terlarang 1990 Di Sana Senang Di Sini Senang 1990 Selain menjadi seniman ternyata Kang Ibing aktif juga menjadi da'i atau pendakwah. Diluar kesibukannya di dunia hiburan ia kerap memberikan ceramah agama Islam ke sejumlah tempat, termasuk ke pelosok-pelosok daerah. Tema dakwahnya menyangkut masalah-masalah keseharian, dibawakan dengan gaya humor yang segar. Kang Ibing pernah menyatakan bahwa kesuksesan karirnya tidak lepas dari doa yang tulus dari kedua orang tuanya. Ungkapan “Indung Tunggul Rahayu, Bapa Tangkal Darajat” senantiasa melekat di hatinya. Dan itu dijadikan pedoman hidup keluarganya serta tidak segan-segan memasang semboyan itu di ruangan tengah keluarganya. Sunda BIOGRAFI KANG IBING The Legend of Sunda Kang Ibing mangrupikeun pelawak Indonésia anu janten bagian tina grup komédi De'Kabayan anu kalebet Aom Kusman sareng Suryana Fatah. Pelawak ieu ogé aktip dina kasenian Sunda sareng ogé parantos aktip salaku Radio Mara Bandung sareng Wildan Nasution. Juragan nami lengkepna nyaéta R. Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata asalna ti pasangan R Suyatna Bin Aang - Nyi R Kusdiah Ratna Komala. Ibing sareng nini na dumuk di daérah Jl Asia Afrika. Mangsa budakna, Ibing katelah budak jahat kusabab teu bisa cicing waé. Ngan aya sababaraha hal anu anjeunna lakukeun, sapertos ngalukis domba tatangga. Ibing, anu ngagaduhan akal palinter, asup ka Universitas Padjadjaran, Jurusan Sastra Rusia saatos lulus ti SMAN 4 Bandung. Anjeunna kapaksa cicing di DAMAS Daya Mahasiswa Sunda kusabab anjeunna teu tiasa mayar biaya kosan. Pikeun milarian artos, unggal jam anjeunna angkat ka Pasar Andir sareng ngajual singkong. Teu jarang, sababaraha artos tina ngajual singkong dikirim ka kolotna pikeun ngabantosan biaya sakola kanggo lanceuk-lanceuk na. Kang Ibing parantos ngajabat salaku Kepala Daya Seni Siswa Sunda DAMAS, Penasihat Jurusan Seni Unpad sareng ogé parantos janten Asistén Dosén di Fakultas Sastra Unpad. Dina hiji dinten, Ibing, anu nuju maén di Radio Mara, ningali Aom Kusman, sobat dalitna, nyiarkeun kuis Saha Anjeunna. Ibing ogé ditawisan janten penyiar dina henteu nyéépkeun kasempetan éta. Isukna, anjeunna langsung janten penyiar dina nami samaran Ibing. Anjeunna nampi réspon anu saé ti anu ngadangukeun. Gaya nyariosna sareng lagu sundana asli ti Kang Ibing, anu namina kawéntar. Dina hiji dinten, Ibing pendak sareng sobat dalitna anu kabeneran ngajak anjeunna ngiringan komédi. Ibing datar nampik tawaran éta kusabab hoyong janten prajurit. Tapi kusabab kabutuhan hirup anu penting, akhirna Ibing ngiringan komedi. Laun-laun anjeunna ngawasa élmu komedi sareng anjeunna dikenal salaku seniman sareng pelawak grup De Kabayan. Kusabab kawéntar salaku pelawak, Ibing kéngingkeun tawaran pikeun maénkeun pilem di taun 1975, judulna Si Kabayan arahanna Tutty Suprapto. Ibing nyarios yén anjeunna resep nalika ngadangukeun gaya humor na dina Radio Mara. Salain ti maén dina pilem, Kang Ibing ogé maénkeun bintang komérsial pikeun sababaraha produk. Ti saprak éta, sosok kabayan caket pisan sareng bapak ieu ti tilu murangkalih. Nalika tren na ngalih ka sinteron, Kang Ibing henteu tinggaleun. Anjeunna ogé maénkeun peran dina sinétron Kabayan Orang Beken 1992. Kang Ibing katelah ogé dai sibuk. Dina sepuhna, Kang Ibing teras damel. Dina poéan Pikiran Rakyat poéan, Kang Ibing rutin bertindak salaku koméntator dina kolom Sepak Bola Bodor, tulisan anu muncul nalika usum maén bal, sapertos Piala Éropa sareng Piala Kang Ibing nyerat tulisan ngeunaan Walanda vs Jérman dina Piala Dunia 2010, judulna "Nuting Tongharcet Renang Relay!" sandiwara 'Rek eleh rek meunang, nu penting tong dahar bancet!', anu hartosna naha anjeun hoyong éléh atanapi éléh, anu penting henteu tuang bancet atanapi bangkong alit, Ed.. Di sana, anjeunna nyerat, diantara anu sanésna, dina gaya guyonan anu khas, "Aya ogé tim médis anu nyarankeun, pikeun langkung gampang nanganan upami aya kajadian, pertandingan final ieu kedah diayakeun di lapangan rumah sakit. Usul ieu ogé ditolak, kusabab éta repot, pamaén bal Pabaliut Jeung Nu Bezoek. Bingung sareng pengunjung, Ed. " Éta pikaresepeun damel, Ibing nikah telat. Nalika anjeunna pendak sareng Nike, putra saurang prajurit anu pangkatna kolonél, Ibing usaha pikeun ngalamar. Kalayan kamampuan ngayakinkeun minantu payun, Ibing ditampi janten mantu. Beda antara umur 13 taun sareng Nike parantos janten roh kahirupan pikeun anjeunna. Nike masihan budak, Kusumadika Rakean Kalang Sunda, Kusumananda Mega Septemdika, sareng Diane Fatmawati. Heran, Ibing bahkan henteu hoyong tilu budakna janten pelawak. Kang Ibing wafat, dinten Kemis 19 Agustus 2010, sakitar WIB kumargi pendarahan murag tina lantai kamar mandi 845 wengi, Kang Ibing parantos maot di kamar darurat Rumah Sakit Al Islam, "saur operator Rumah Sakit Al Islam Abu Agna. Sababaraha pilem anu dibéntangan ku Kang Ibing Si Kabayan 1975 Ateng The Godfather 1976 Bang Kojak 1977 The Kabayan and the City Girl 1989 Boss Carmad 1990 Komar Si Glen Kemon Homecoming 1990 Forbidden Legacy 1990 There Happy Here Happy 1990 Salain ti janten seniman, tétéla Kang Ibing ogé aktip salaku da'i atanapi da'wah. Salain tina kahirupanna anu sibuk di dunya hiburan, anjeunna sering nganteurkeun ceramah agama Islam ka sababaraha tempat, kalebet daérah terpencil. Téma dakwahna ngeunaan masalah sadidinten, ditepikeun dina gaya humor anu seger. Kang Ibing kantos nyatakeun yén kasuksésan karirna moal tiasa leupas tina doa tulus kolotna. Kalimah "Indung Tunggul Rahayu, Bapa Tangkal Darajat" sok nyangkut dina jero haténa. Sareng dianggo salaku pedoman pikeun kahirupan kulawargana sareng henteu ragu nempatkeun moto di ruang keluarga kulawargana.
. 101 76 347 379 458 414 431 498

biografi kang ibing dalam bahasa sunda